Chapter 10
“besok kan kita masih punya
waktu untuk memberi tahu mereka. Jadi begini...” Wesley mengubah posisi
duduknya tepat menghadap Keaton. “Besok pagi aku ke rumah Rebecca dan kau ke
rumah Sarah.”
Keaton memotong penjelasan
Wesley, “ke rumah mereka? Untuk apa?” Keaton tampak kebingungan.
“Ssssh! Makanya dengarkan dulu
sampai selesai! Kita akan mengajak mereka ke suatu tempat yang tidak akan
pernah mereka lupakan. Di tempat itu kita akan buat kenangan. Terserahlah kau
mau buat kenangan apa. Yang jelas aku sudah dapat ide.” Wesley senyum-senyum
sendiri merasa bangga sudah dapat ide.
“Ahh, Wesley curang. Memangnya
kau mau ajak Rebecca kemana?” Tanya Keaton dengan penasaran.
“Itu rahasia! Weee...” Wesley
menjulurkan lidahnya pada Keaton.
“Ah parah sekali. Kau punya ide
tidak buatku?” Tanya Keaton butuh saran.
“Hmm, kemana ya? Aha aku tahu!”
Wesley membisikan nama suatu tempat pada Keaton.
“Waaah, ide bagus itu. Pasti
sangat berkesan. Terimakasih ya! Kau pintar juga soal memilih tempat. Hehe.”
Keaton tersenyum lebar. “Nah, Drew bagaimana? Tidak mungkin kan kita ajak dia
ke rumah Sarah atau Rebecca juga?”
“Aduh! Kita diam-diam saja.
Tidak usah beri tahu dia.” Kata Wesley merasa terganggu.
“Drew kan juga harus berpamitan
dengan Sarah dan Rebecca. Bagaimana sih kamu ini!” Protes Keaton.
“Utamakan kita dulu keaton.
KITA! Aku dan Rebecca, kau dan Sarah. Mengerti kan maksudku?” Desak Wesley.
“Ahh iya aku mengerti. Hehe. Ok,
besok jam 8 ya!” Kata Keaton penuh semangat.
“Ok, good luck for us!” Wesley
pun menatap Keaton menutup pintu kamarnya, lalu dia menarik selimutnya dan
berbaring sambil membayangkan hari esok yang tahu akan seperti apa rasanya.
Menyenangkan atau malah menyedihkan?
Keesokan harinya...
“Tok tok tok!!” Keaton mengetuk
pintu kamar Wesley dengan hati-hati takut kalau Drew terbangun. Karena letak
kamar mereka bersebelahan. Setelah mengetuk ketiga kalinya,pintu pun berderit
terbuka pelan, dan munculah Wesley dengan penampilan sangat rapih. Polo shirt
berwarna biru muda dengan celana jeans hitam panjang, tak lupa gel rambut yang
melekat di rambutnya.
“Bagaimana penampilanku?” Tanya
Wesley dengan volume suara yang kecil.
Keaton memandangi penampilan
Wesley dari ujung kaki hingga ujung kepala dan setelah itu memberi respon
dengan mengangkat kedua ibu jarinya, “Kereeennnn.....”
Wesley pun serasa melayang ke
udara setelah dipuji oleh Keaton. Wesley pun melangkah ke dalam kamar kembali
untuk mengambil gitar.
“Wes, ngapain kamu bawa gitar
segala?” Tanya Keaton kebingungan.
“Biar romantis tau!” Jawab
Wesley dengan cepat sambil melangkah menuruni tangga.
Di bawah Mrs. Dan Mr. Stromberg
sedang merapikan barang-barang yang akan berguna saat di Australia nanti. Mereka
melihat Keaton dan Wesley menuruni tangga dengan tergesa-gesa. “Keaton? Wesley?
Kenapa tergesa-gesa begitu? Kalian mau kemana, kok rapih sekali penampilannya?
Bawa gitar pula.” Mr. Stromberg dibingungkan oleh kedua anaknya tersebut.
“Umm, ahhh, umhh, ini loh ayah,
kita mau....” Keaton kebingungan harus menjawab apa, dan untung saja Wesley
meneruskan perkataan Keaton yang terhenti,
“Mau latihan untuk lomba besok,
yah! Iya latihan. Besok kan lombanya sudah dimulai. Kami pergi dulu ya.” Tanpa
basa-basi lagi mereka berdua langsung melesat pergi keluar rumah.
Mr. Stromberg melirik istrinya
dan berkata, “Aneh sekali ya mereka. Latihan saja sampai rapih dan wangi
seperti itu. Drew tidak diajak pula. Ckck, dasar anak-anak.” Mr. Stromberg dan
Mrs. Stromberg mendecak sambil keheranan dengan kedua anaknya tersebut.
Selang 10 menit setelah
kepergian Keaton dan Wesley, Drew pun menuruni tangga dan bertanya pada kedua
orang tuanya, “Kemana Wesley dan Keaton? Kok kamarnya sudah kosong dan tidak
ada tanda-tanda keberadaan mereka?” drew sesekali menguap sambil terus
melangkah menuruni tangga sampai akhirnya benar-benar berada di lantai ruang
keluarga.
“Wah, berarti kamu ditinggal ya.
Katanya sih tadi mereka mau latihan untuk lomba besok.”Jawab Mr. Stromberg
sambil menahan tawa.
“Hah? Latihan? Kok aku tidak
diajak? Dan pagi-pagi sekali latihannya?” Tanya Drew kebingungan.
“Ayah dan ibu juga bingung.
Sudahlah, sekarang lebih baik kamu mandi dan sarapan ya.” Kata Mrs. Stromberg.
Drew pun hanya berjalan menuju
kamar mandi dengan menggaruk-garuk kepala masih bingung kemana kedua sauadarnya
itu pergi.
Wesley dan Keaton pun berpisah
di pertigaan jalan. Keaton berbelok ke kanan sedangkan Wesley berbelok ke kiri.
“Good luck bro!” Seru Keaton pada Wesley begitupun sebaliknya.
Wesley pun sampai di depan rumah
Rebecca, dengan gugup, Wesley menekan bel. Setelah menekan bel untuk yang kedua
kalinya, terlihat Rebecca yang membuka pintu. Hati Wesley berdegup kencang, dag
dig dug dag dig dug, semakin cepat seiring dengan mendekatnya Rebecca ke arah
pintu pagar. Tenang wesley tenangkan
dirimu. Kenapa harus gugup. Dia kan
Rebecca, sahabatmu. Tenang tenang.. Kata Wesley terus dalam hatinya.
“Wesley?” Rebecca melirik Wesley
dari ujung kaki hingga ujung kepala, “Apa-apaan ini? Rapih sekali. Kamu mau
melamar kerja ya? Hahahaha..” Rebecca pun tertawa terbahak-bahak.
“Ih, kamu ini. Bukannya memuji
penampilanku, malah dihina. Huh..” Wesley kecewa.
“Aku bercanda. Lagian rapih
sekali. Dan ngapain pagi-pagi datang ke rumahku?” Rebecca melipat tangannya di
depan dada.
“Umm, itu, sebenarnya...” Belum
selesai berbicara, Rebecca memotong perkataan Wesley.
“Nah, itu apa? Gitar? Kamu mau
latihan untuk besok?” Tanya Rebecca memastikan.
“Ahh, bukan. Bukan mau latihan.
Itu... Uhmm, aku mau mengajak kamu ke.. ke itu..” Saking gugupnya Wesley sampai
tidak bisa berkata-kata.
“Itu mana?”
“Itu lohhhh...” Ucap Wesley
masih terbata-bata.
“Itu, itu! Itu apa? Kemana?
Bicara yang benar dong, Wes!” Protes Rebecca meluap.
“Duh, sudah ikut saja. Ini
surprise!”
“Hah? Surprise? Apa sih?” Tanya
Rebecca kebingungan.
“Udah ikut aja. Ayoooo! Nanti
keburu siang.” Paksa Wesley.
“Yaya baiklah. Sabar, aku ganti
pakaian dulu. Tunggu aku ya!” Rebecca pun masuk ke dalam rumah dan siap-siap
untuk berganti pakaian.
Sementara di rumah Sarah...
Keaton
berhasil mengajak (memaksa) Sarah untuk ikut dengannya ke suatu tempat yang
sangat istimewa. Setelah Sarah berganti pakaian mereka berjalan bersama menuju tempat
tersebut.
Sebelum tepat sampai di tempat
tersebut, Keaton sengaja menutup mata Sarah agar nantinya tempat tersebut
menjadi surprise untuknya. Sarah pun tidak bisa menolak. Setelah berjalan
beberapa langkah, akhirnya mereka sampai di tempat tersebut. Keaton membuka
mata Sarah dan Sarah pun terkejut melihat hamparan padang rumput hijau yang
berada di hadapannya.
Berbeda dengan Keaton, Wesley
tidak menutup mata Rebecca. Mereka berjalan bersama sambil mengobrol santai.
Dan Rebecca pun terkejut ketika akhirnya mereka berhenti di sebuah pantai perpasir
putih. Desiran ombak begitu merdu di telinganya. Angin bertiup dengan lembut.
Langit sangat cerah.
Sarah dan Rebecca tidak tahu apa
maksud Keaton dan Wesley tiba-tiba membawa mereka ke tempat semacam ini. Tempat
yang begitu indah. Terbesit dalam pikiran Sarah di Private ID itu adalah
Keaton. Dan terbesit pula di dalam pikiran Rebecca kalau si pengirim surat
misterius itu adalah Wesley. Who knows?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar