2.08.2013

THREE MEMORABLE MONTHS


Chapter 10
            besok kan kita masih punya waktu untuk memberi tahu mereka. Jadi begini...” Wesley mengubah posisi duduknya tepat menghadap Keaton. “Besok pagi aku ke rumah Rebecca dan kau ke rumah Sarah.”
                Keaton memotong penjelasan Wesley, “ke rumah mereka? Untuk apa?” Keaton tampak kebingungan.
                “Ssssh! Makanya dengarkan dulu sampai selesai! Kita akan mengajak mereka ke suatu tempat yang tidak akan pernah mereka lupakan. Di tempat itu kita akan buat kenangan. Terserahlah kau mau buat kenangan apa. Yang jelas aku sudah dapat ide.” Wesley senyum-senyum sendiri merasa bangga sudah dapat ide.
                “Ahh, Wesley curang. Memangnya kau mau ajak Rebecca kemana?” Tanya Keaton dengan penasaran.
                “Itu rahasia! Weee...” Wesley menjulurkan lidahnya pada Keaton.
                “Ah parah sekali. Kau punya ide tidak buatku?” Tanya Keaton butuh saran.
                “Hmm, kemana ya? Aha aku tahu!” Wesley membisikan nama suatu tempat pada Keaton.
                “Waaah, ide bagus itu. Pasti sangat berkesan. Terimakasih ya! Kau pintar juga soal memilih tempat. Hehe.” Keaton tersenyum lebar. “Nah, Drew bagaimana? Tidak mungkin kan kita ajak dia ke rumah Sarah atau Rebecca juga?”
                “Aduh! Kita diam-diam saja. Tidak usah beri tahu dia.” Kata Wesley merasa terganggu.
                “Drew kan juga harus berpamitan dengan Sarah dan Rebecca. Bagaimana sih kamu ini!” Protes Keaton.
                “Utamakan kita dulu keaton. KITA! Aku dan Rebecca, kau dan Sarah. Mengerti kan maksudku?” Desak Wesley.
                “Ahh iya aku mengerti. Hehe. Ok, besok jam 8 ya!” Kata Keaton penuh semangat.
                “Ok, good luck for us!” Wesley pun menatap Keaton menutup pintu kamarnya, lalu dia menarik selimutnya dan berbaring sambil membayangkan hari esok yang tahu akan seperti apa rasanya. Menyenangkan atau malah menyedihkan?

Keesokan harinya...
                “Tok tok tok!!” Keaton mengetuk pintu kamar Wesley dengan hati-hati takut kalau Drew terbangun. Karena letak kamar mereka bersebelahan. Setelah mengetuk ketiga kalinya,pintu pun berderit terbuka pelan, dan munculah Wesley dengan penampilan sangat rapih. Polo shirt berwarna biru muda dengan celana jeans hitam panjang, tak lupa gel rambut yang melekat di rambutnya.
                “Bagaimana penampilanku?” Tanya Wesley dengan volume suara yang kecil.
                Keaton memandangi penampilan Wesley dari ujung kaki hingga ujung kepala dan setelah itu memberi respon dengan mengangkat kedua ibu jarinya, “Kereeennnn.....”
                Wesley pun serasa melayang ke udara setelah dipuji oleh Keaton. Wesley pun melangkah ke dalam kamar kembali untuk mengambil gitar.
                “Wes, ngapain kamu bawa gitar segala?” Tanya Keaton kebingungan.
                “Biar romantis tau!” Jawab Wesley dengan cepat sambil melangkah menuruni tangga.
                Di bawah Mrs. Dan Mr. Stromberg sedang merapikan barang-barang yang akan berguna saat di Australia nanti. Mereka melihat Keaton dan Wesley menuruni tangga dengan tergesa-gesa. “Keaton? Wesley? Kenapa tergesa-gesa begitu? Kalian mau kemana, kok rapih sekali penampilannya? Bawa gitar pula.” Mr. Stromberg dibingungkan oleh kedua anaknya tersebut.
                “Umm, ahhh, umhh, ini loh ayah, kita mau....” Keaton kebingungan harus menjawab apa, dan untung saja Wesley meneruskan perkataan Keaton yang terhenti,
                “Mau latihan untuk lomba besok, yah! Iya latihan. Besok kan lombanya sudah dimulai. Kami pergi dulu ya.” Tanpa basa-basi lagi mereka berdua langsung melesat pergi keluar rumah.
                Mr. Stromberg melirik istrinya dan berkata, “Aneh sekali ya mereka. Latihan saja sampai rapih dan wangi seperti itu. Drew tidak diajak pula. Ckck, dasar anak-anak.” Mr. Stromberg dan Mrs. Stromberg mendecak sambil keheranan dengan kedua anaknya tersebut.
                Selang 10 menit setelah kepergian Keaton dan Wesley, Drew pun menuruni tangga dan bertanya pada kedua orang tuanya, “Kemana Wesley dan Keaton? Kok kamarnya sudah kosong dan tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka?” drew sesekali menguap sambil terus melangkah menuruni tangga sampai akhirnya benar-benar berada di lantai ruang keluarga.
                “Wah, berarti kamu ditinggal ya. Katanya sih tadi mereka mau latihan untuk lomba besok.”Jawab Mr. Stromberg sambil menahan tawa.
                “Hah? Latihan? Kok aku tidak diajak? Dan pagi-pagi sekali latihannya?” Tanya Drew kebingungan.
                “Ayah dan ibu juga bingung. Sudahlah, sekarang lebih baik kamu mandi dan sarapan ya.” Kata Mrs. Stromberg.
                Drew pun hanya berjalan menuju kamar mandi dengan menggaruk-garuk kepala masih bingung kemana kedua sauadarnya itu pergi.
                Wesley dan Keaton pun berpisah di pertigaan jalan. Keaton berbelok ke kanan sedangkan Wesley berbelok ke kiri. “Good luck bro!” Seru Keaton pada Wesley begitupun sebaliknya.
                Wesley pun sampai di depan rumah Rebecca, dengan gugup, Wesley menekan bel. Setelah menekan bel untuk yang kedua kalinya, terlihat Rebecca yang membuka pintu. Hati Wesley berdegup kencang, dag dig dug dag dig dug, semakin cepat seiring dengan mendekatnya Rebecca ke arah pintu pagar. Tenang wesley tenangkan dirimu. Kenapa harus gugup. Dia kan Rebecca, sahabatmu. Tenang tenang.. Kata Wesley terus dalam hatinya.
                “Wesley?” Rebecca melirik Wesley dari ujung kaki hingga ujung kepala, “Apa-apaan ini? Rapih sekali. Kamu mau melamar kerja ya? Hahahaha..” Rebecca pun tertawa terbahak-bahak.
                “Ih, kamu ini. Bukannya memuji penampilanku, malah dihina. Huh..” Wesley kecewa.
                “Aku bercanda. Lagian rapih sekali. Dan ngapain pagi-pagi datang ke rumahku?” Rebecca melipat tangannya di depan dada.
                “Umm, itu, sebenarnya...” Belum selesai berbicara, Rebecca memotong perkataan Wesley.
                “Nah, itu apa? Gitar? Kamu mau latihan untuk besok?” Tanya Rebecca memastikan.
                “Ahh, bukan. Bukan mau latihan. Itu... Uhmm, aku mau mengajak kamu ke.. ke itu..” Saking gugupnya Wesley sampai tidak bisa berkata-kata.
                “Itu mana?”
                “Itu lohhhh...” Ucap Wesley masih terbata-bata.
                “Itu, itu! Itu apa? Kemana? Bicara yang benar dong, Wes!” Protes Rebecca meluap.
                “Duh, sudah ikut saja. Ini surprise!”
                “Hah? Surprise? Apa sih?” Tanya Rebecca kebingungan.
                “Udah ikut aja. Ayoooo! Nanti keburu siang.” Paksa Wesley.
                “Yaya baiklah. Sabar, aku ganti pakaian dulu. Tunggu aku ya!” Rebecca pun masuk ke dalam rumah dan siap-siap untuk berganti pakaian.
Sementara di rumah Sarah...
                Keaton berhasil mengajak (memaksa) Sarah untuk ikut dengannya ke suatu tempat yang sangat istimewa. Setelah Sarah berganti pakaian mereka berjalan bersama menuju tempat tersebut.
                Sebelum tepat sampai di tempat tersebut, Keaton sengaja menutup mata Sarah agar nantinya tempat tersebut menjadi surprise untuknya. Sarah pun tidak bisa menolak. Setelah berjalan beberapa langkah, akhirnya mereka sampai di tempat tersebut. Keaton membuka mata Sarah dan Sarah pun terkejut melihat hamparan padang rumput hijau yang berada di hadapannya.
                Berbeda dengan Keaton, Wesley tidak menutup mata Rebecca. Mereka berjalan bersama sambil mengobrol santai. Dan Rebecca pun terkejut ketika akhirnya mereka berhenti di sebuah pantai perpasir putih. Desiran ombak begitu merdu di telinganya. Angin bertiup dengan lembut. Langit sangat cerah.
                Sarah dan Rebecca tidak tahu apa maksud Keaton dan Wesley tiba-tiba membawa mereka ke tempat semacam ini. Tempat yang begitu indah. Terbesit dalam pikiran Sarah di Private ID itu adalah Keaton. Dan terbesit pula di dalam pikiran Rebecca kalau si pengirim surat misterius itu adalah Wesley. Who knows?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar