Chapter 9
“Keaton? Kamu ngapain di depan
lokerku?” tanya Rebecca yang heran
“ehhh.. kamu! Nggak tadi aku
cuma lagi mencari lokernya Wes, pengen
ngambil barang yang disuruhnya, kira-kira dimana ya lokernya?” jawab Keaton
dengan terbata-bata
“loker Wes? Kamu gimana sih,
loker cowok kan yang ada di sebelah sana, di sebelah sini loker khusus cewek
tau! Masa mencarinya sampai sini sih? Dasar aneh” jawab Rebecca yang seakan
masih tak percaya pada perkataan Keaton
“oh iya ya? Maaf aku lupa, hehe
aku kesana dulu ya.. dah!” jawab Keaton yang langsung bergegas kabur dari
Rebecca.
“heh,Kitty! Tunggu dulu!” teriak
Rebecca kemudian
“i...iya? a..ada apa?” jawab
Keaton yang nampak sangat takut kalau-kalau Rebecca mengumbar masalah nya yang
tiba-tiba di depan loker nya itu. Ia tak tahu apa yang harus di jawabnya,
mengatakan sejujur nya bahwa ia telah di suruh Wesley untuk melakukan hal itu
atau ia harus berbohong lagi.
“ada yang ingin aku tanyakan
padamu, sini!”kata Rebecca pada sahabat anehnya itu
“tanya apa? Masalah yang di
depan loker itu? Aku tadi tidak sengaja kok, sungguh!” jawab Keaton memelas
“bukaaann! Bukan soal itu kok!
Aku mau nanya, kamu suka sama Sarah ya?”
Deg!
Tiba-tiba jantung Keaton terasa berhenti berdetak. Dalam hati Keaton mengatakan
pasti Wesley yang memberitahu hal ini. Awas kau!
“hey? Kok bengong sih? Iya atau
nggak?” tanya Rebecca yang penasaran
“hah? Nggak kok, apa sih, jangan
ngaco deh kamu Beck!” jawab Keaton yang terlihat sangat takut itu
“halah kamu jangan bohong sama
aku, Keaton! Kalau kamu nggak suka ngapain tadi pas jam istirahat aku ngeliat
kamu ngumpet-ngumpet di balik semak? Ngeliatin Sarah kan? Hayooo!” goda Rebecca
lagi pada sahabatnya itu
“aku.. haahhhmmm umm” kata
Keaton dengan terbata-bata
“umm ahh umm ahh, kasih tau yang
jelas dong! Aku nggak akan bilang siapa-siapa kok termasuk Sarah, aku janji!”
kata Rebecca lagi sambil membuat tanda silang di depan dadanya
“ummm..” kata cowok itu lagi
masih terbata-bata tidak yakin ingin memberitahu atau tidak
“cepaattt! Nanti Sarah keburu
datang lohh!” desak Rebecca agar Keaton cepat mengaku
“hah, iyaiya aku menyukainya!
Puas? Hah! Tapi ingat jangan beritahu hal ini keSIAPAPUN! Ingat? Lagi pula kau
tahu ini dari si Wes ya? Kurang ajar dia!” jawab Keaton yang sangat kesal pada
abangnya itu
“hahaha akhirnya kau mengakuinya
juga! Hah! Wes? Tidak kok, beneran deh! Aku hanya mengira-ngiranya sendiri, dan
aku yakin pasti kamu yang setiap hari ngirimin dia pesan yang romantis itu kan?
Kamu si Private ID itu kan? Ngaku hayo!” tuduh Rebecca lagi pada cowok itu
“jadi kamu bukan tau dari si
Wes? Astaga! Begitu terlihat kah aku menyukai Sarah? iyaa aku si Private ID
itu” jawab Keaton yang pasrah
“bukan, Wes gak memberitahu aku
apa-apa tuh! Nggak sih, nggak terlalu terlihat, aku kan punya insting jadi tau!
Yeah haha ciee lucu banget sih pake ngirim pesan segala, romantis banget lagi,
ciee kecil-kecil kata-katanya begitu ih! Haha” goda Rebecca lagi
“gaya mu, insting-insting! Haahh
kamu juga masih kecil woo” jawab Keaton lagi
“haha, jadi sampai kapan kamu
mau sembunyi-sembunyi gini terus? Payah ih gak mau kasih tau dia” kata Rebecca
lagi
“hah, aku gak tau beck, kamu kan
tau aku bertengkar terus sama dia” jawab Keaton dengan sangat pasrah
“hah payah kamu!!” jawab Rebecca
“heh tapi ingat yaa jangan
bilang siapapun hal ini! Awas kamu!” ancam Keaton pada sahabatnya itu
“umm gimana yaa ummm” jawab
Rebecca berpura-pura
“hey jangan macam-macam kamu!”
“haha iya iya gak aku kasih tau
kok tenanggg!” jawab Rebecca. Mereka berdua pun tertawa-tawa bersama, seketika
itu juga Sarah, topik yang sedang mereka bicarakan muncul dari kamar kecil
“hey kalian! Hallo Kitty! Haha”
sapa Sarah pada kedua sahabatnya itu
“hallo juga Sarah” jawab Keaton
datar yang tiba-tiba di senggol dengan Rebecca
“Sarah kita masuk kelas yuk!
Bentar lagi masuk nih, dahh Keaton! Be brave yoo! Haha” kata Rebecca tertawa
sambil menarik lengan Sarah. saat sedang menoleh kebelakang melihat Keaton,
cowok itu hanya membalas dengan tatapan ‘Awas kau ya’ padanya. Rebeccapun hanya
membalas dengan menjulurkan lidahnya.
Sesudah
pulang sekolah, mereka berlima bergegas menuju ke markas pribadi mereka, yang
tidak lain tidak bukan adalah padang rumput yang jarak nya hanya beberapa blok
dari sekolah mereka tersebut. Di sana mereka asyik membicarakan rencana-rencana
apa yang akan mereka lakukan di saat liburan musim panas nanti.
“hey jadi apa nih yang akan kita
lakukan di musim panas nanti?” tanya Sarah yang terlihat sangat excited
itu
“iya, iya apa yang kita akan
lakukan?” tanya Rebecca yang tak kalah excited
juga
“sudahlah jangan fikirikan
liburannya dulu, kami lagi mikirin lomba nih, lomba, sebentar lagi! hey Drew
gimana kalau seminggu ini kita benar-benar latihan lagi?” kata Keaton dengan serius.
“Ya memang seharusnya seperti
itu.” Jawab Drew dengan santai. Lalu, “Sarah, Rebecca, kalian boleh kok datang
ke rumah untuk melihat kami latihan. Rebecca, jangan lupa bawa kameramu ya!
Haha!” Drew mengedipkan matanya ke arah Rebecca.
Sarah dan Rebecca menjawab,
“Siaaappp!”
“Ehmm, tapi setelah lomba
selesai kalian janji ya kita akan pergi ke disneyland?” Kata Rebecca.
Wesley, Drew dan Keaton tampak
saling manatap, tatapan mereka seolah bertanya ‘bagaimana ini?’ Mereka bertiga
menggaruk kepala mereka, lalu Drew angkat bicara, “Uhm, pasti akan diusahakan!
Yang terpenting sekarang adalah, kalian, Sarah dan Rebecca doakan kami supaya
bisa menang lomba nanti. Ok?” Drew tersenyum menengok ke arah kedua adiknya
sambil tersenyum lebar namun agak terpaksa.
“Nah, benar sekali apa yang
dikatakan Drew!” Sambung Wesley. Lalu diam-diam dia menghembuskan nafasnya,
“Fiuuuhh..” Lalu berkata dalam hatinya,
untung saja Drew pandai mencari alasan.
Satu
minggu ini memang benar-benar dilewati kelima sahabat ini di rumah keluarga
Stromberg. Sarah dan Rebecca datang setiap pagi untuk melihat ketiga sahabatnya
berlatih. Tak lupa Rebecca membawa kamera kesayangannya untuk memotret moment
tersebut. Omelan Wesley yang tidak suka difoto pun tak bisa dihindari. Tetapi
Rebecca tetap saja iseng memotretnya sampai-sampai Wesley pasrah. Sarah dan
Keaton yang memang tidak bisa akrab. Sarah dan Keaton yang selalu saja ribut
karena hal-hal kecil. Seperti Sarah yang suka menggoda Keaton saat Keaton mulai
bernyanyi. Sedangkan Drew, dia hanya bisa tertawa melihat tingkah keempat
sahabatnya yang lain.
Di hari Senin sore, Drew, Keaton
dan Wesley tampak begitu murung. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga.
Keaton sibuk dengan ponselnya. Wesley sibuk dengan kertas dan amplop-amplopnya.
Dan Drew sibuk dengan iPodnya. Mereka menjadi tak karuan menjelang kepindahan
mereka ke Australia. Tiba-tiba datang Mrs. Stromberg menghampiri ketiga saudara
ini.
“Nak, kalian sudah merapihkan
barang-barang kalian, kan?” Tanya Mrs. Stromberg dengan lembut.
“Sudah, bu.” Jawab Keaton, Wesley
dan Drew dengan wajah lesu.
“Jangan murung begitu dong. Ibu
tahu, pasti kalian sangat berat meninggalkan sahabat-sahabat kalian kan? Sarah
dan Rebecca? Ibu dan ayah juga merasakan hal yang sama kok. Sebenarnya kami
juga sudah nyaman tinggal di sini. Tetapi apa boleh buat, tuntutan pekerjaan
ayah kalian. Ibu harap kalian bisa mengerti ya.” Mrs. Stromberg tersenyum
sambil mengelus rambut anak-anaknya penuh kasih sayang lalu tak lupa mencium
kening mereka masing-masing. “Pastikan jangan ada barang yang tertinggal ya.
Kalau bisa cek kembali.” Mrs. Stromberg lalu melangkah ke kamarnya.
“Tunggu, bu!” Kata Drew
mengehentikan langkah ibunya.
“Ada apa, nak?” Mrs. Stromberg
berhenti di tempatnya.
“Tepatnya hari apa kita akan
pindah ke Australia?”
“Hari Selasa, nak.”
“Apa? Selasa?” Kata Keaton, Drew
dan Wesley secara bersamaan. Mereka sangat terkejut. Mereka pikir mereka akan
pindah di hari Sabtu atau Minggu.
“Be.. be.. berarti, tepat di
hari perlombaan kita?” Wesley menganga tak tahu harus berbuat apa. “Jam berapa
bu?”
“Lomba cipta lagu itu ya? Hmm,
kira-kira pukul 2 siang. Kalian lomba jam berapa?” Tanya Mrs. Stromberg
berusaha menemukan solusi.
“Jam 10 bu. Kira-kira cukup tidak
ya waktunya?” Tanya Wesley dengan khawatir.
“Hmm, ibu pikir cukup. Ibu dan
ayah akan menunggu di tempat lomba kalian, nah, setelah lomba selesai, kita
akan langsung pergi ke bandara.” Mrs. Stromberg memang sangat perngertian
terhadap anak-anaknya.
“Ok, baiklah bu. Terimakasih.”
Kata Drew sedikit lega.
Setelah itu, Keaton, Drew dan
Wesley bergegas masuk ke kamar mereka masing-masing untuk mengecek kembali
barang-barang yang akan mereka bawa nanti.
Saat Wesley sedang sibuk
mengecek barang-barang bawaannya, tiba-tiba Keaton masuk ke kamar Wesley.
“Wesley, bagaimana ini?” Tanya Keaton dengan khawatir.
“Bagaimana apanya?” Tanya Wesley
sambil sibuk membongkar kopernya.
“Sarah dan Rebecca. Mereka kan
belum kita beri tahu mengenai kepindahan kita ke Australia. Bagaimana sih kamu
ini! Mereka kan sahabat kita. Masa sampai dilupakan sih!” Jawab Keaton kesal.
“Oh iya! Astaga aku sampai
lupa!” Wesley langsung berhenti membongkar kopernya dan mengajak Keaton duduk
di atas tempat tidurnya. Wesley diam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Bagaimana? Jangan diam saja
dong!” Seru Keaton dengan kesal.
“Hmm, aku punya ide!” Jawab
Wesley penuh semangat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar