2.04.2013

THREE MEMORABLE MONTHS


Chapter 9
                “Keaton? Kamu ngapain di depan lokerku?” tanya Rebecca yang heran
                “ehhh.. kamu! Nggak tadi aku cuma lagi mencari  lokernya Wes, pengen ngambil barang yang disuruhnya, kira-kira dimana ya lokernya?” jawab Keaton dengan terbata-bata
                “loker Wes? Kamu gimana sih, loker cowok kan yang ada di sebelah sana, di sebelah sini loker khusus cewek tau! Masa mencarinya sampai sini sih? Dasar aneh” jawab Rebecca yang seakan masih tak percaya pada perkataan Keaton
                “oh iya ya? Maaf aku lupa, hehe aku kesana dulu ya.. dah!” jawab Keaton yang langsung bergegas kabur dari Rebecca.
                “heh,Kitty! Tunggu dulu!” teriak Rebecca kemudian
                “i...iya? a..ada apa?” jawab Keaton yang nampak sangat takut kalau-kalau Rebecca mengumbar masalah nya yang tiba-tiba di depan loker nya itu. Ia tak tahu apa yang harus di jawabnya, mengatakan sejujur nya bahwa ia telah di suruh Wesley untuk melakukan hal itu atau ia harus berbohong lagi.
                “ada yang ingin aku tanyakan padamu, sini!”kata Rebecca pada sahabat anehnya itu
                “tanya apa? Masalah yang di depan loker itu? Aku tadi tidak sengaja kok, sungguh!” jawab Keaton memelas
                “bukaaann! Bukan soal itu kok! Aku mau nanya, kamu suka sama Sarah ya?”
Deg! Tiba-tiba jantung Keaton terasa berhenti berdetak. Dalam hati Keaton mengatakan pasti Wesley yang memberitahu hal ini. Awas kau!
                “hey? Kok bengong sih? Iya atau nggak?” tanya Rebecca yang penasaran
                “hah? Nggak kok, apa sih, jangan ngaco deh kamu Beck!” jawab Keaton yang terlihat sangat takut itu
                “halah kamu jangan bohong sama aku, Keaton! Kalau kamu nggak suka ngapain tadi pas jam istirahat aku ngeliat kamu ngumpet-ngumpet di balik semak? Ngeliatin Sarah kan? Hayooo!” goda Rebecca lagi pada sahabatnya itu
                “aku.. haahhhmmm umm” kata Keaton dengan terbata-bata
                “umm ahh umm ahh, kasih tau yang jelas dong! Aku nggak akan bilang siapa-siapa kok termasuk Sarah, aku janji!” kata Rebecca lagi sambil membuat tanda silang di depan dadanya
                “ummm..” kata cowok itu lagi masih terbata-bata tidak yakin ingin memberitahu atau tidak
                “cepaattt! Nanti Sarah keburu datang lohh!” desak Rebecca agar Keaton cepat mengaku
                “hah, iyaiya aku menyukainya! Puas? Hah! Tapi ingat jangan beritahu hal ini keSIAPAPUN! Ingat? Lagi pula kau tahu ini dari si Wes ya? Kurang ajar dia!” jawab Keaton yang sangat kesal pada abangnya itu
                “hahaha akhirnya kau mengakuinya juga! Hah! Wes? Tidak kok, beneran deh! Aku hanya mengira-ngiranya sendiri, dan aku yakin pasti kamu yang setiap hari ngirimin dia pesan yang romantis itu kan? Kamu si Private ID itu kan? Ngaku hayo!” tuduh Rebecca lagi pada cowok itu
                “jadi kamu bukan tau dari si Wes? Astaga! Begitu terlihat kah aku menyukai Sarah? iyaa aku si Private ID itu” jawab Keaton yang pasrah
                “bukan, Wes gak memberitahu aku apa-apa tuh! Nggak sih, nggak terlalu terlihat, aku kan punya insting jadi tau! Yeah haha ciee lucu banget sih pake ngirim pesan segala, romantis banget lagi, ciee kecil-kecil kata-katanya begitu ih! Haha” goda Rebecca lagi
                “gaya mu, insting-insting! Haahh kamu juga masih kecil woo” jawab Keaton lagi
                “haha, jadi sampai kapan kamu mau sembunyi-sembunyi gini terus? Payah ih gak mau kasih tau dia” kata Rebecca lagi
                “hah, aku gak tau beck, kamu kan tau aku bertengkar terus sama dia” jawab Keaton dengan sangat pasrah
                “hah payah kamu!!” jawab Rebecca
                “heh tapi ingat yaa jangan bilang siapapun hal ini! Awas kamu!” ancam Keaton pada sahabatnya itu
                “umm gimana yaa ummm” jawab Rebecca berpura-pura
                “hey jangan macam-macam kamu!”
                “haha iya iya gak aku kasih tau kok tenanggg!” jawab Rebecca. Mereka berdua pun tertawa-tawa bersama, seketika itu juga Sarah, topik yang sedang mereka  bicarakan muncul dari kamar kecil
                “hey kalian! Hallo Kitty! Haha” sapa Sarah pada kedua sahabatnya itu
                “hallo juga Sarah” jawab Keaton datar yang tiba-tiba di senggol dengan Rebecca
                “Sarah kita masuk kelas yuk! Bentar lagi masuk nih, dahh Keaton! Be brave yoo! Haha” kata Rebecca tertawa sambil menarik lengan Sarah. saat sedang menoleh kebelakang melihat Keaton, cowok itu hanya membalas dengan tatapan ‘Awas kau ya’ padanya. Rebeccapun hanya membalas dengan menjulurkan lidahnya.

Sesudah pulang sekolah, mereka berlima bergegas menuju ke markas pribadi mereka, yang tidak lain tidak bukan adalah padang rumput yang jarak nya hanya beberapa blok dari sekolah mereka tersebut. Di sana mereka asyik membicarakan rencana-rencana apa yang akan mereka lakukan di saat liburan musim panas nanti.
                “hey jadi apa nih yang akan kita lakukan di musim panas nanti?” tanya Sarah yang terlihat sangat  excited itu
                “iya, iya apa yang kita akan lakukan?” tanya Rebecca yang tak kalah excited juga
                “sudahlah jangan fikirikan liburannya dulu, kami lagi mikirin lomba nih, lomba, sebentar lagi! hey Drew gimana kalau seminggu ini kita benar-benar latihan lagi?” kata Keaton dengan serius.
                “Ya memang seharusnya seperti itu.” Jawab Drew dengan santai. Lalu, “Sarah, Rebecca, kalian boleh kok datang ke rumah untuk melihat kami latihan. Rebecca, jangan lupa bawa kameramu ya! Haha!” Drew mengedipkan matanya ke arah Rebecca.
                Sarah dan Rebecca menjawab, “Siaaappp!”
                “Ehmm, tapi setelah lomba selesai kalian janji ya kita akan pergi ke disneyland?” Kata Rebecca.
                Wesley, Drew dan Keaton tampak saling manatap, tatapan mereka seolah bertanya ‘bagaimana ini?’ Mereka bertiga menggaruk kepala mereka, lalu Drew angkat bicara, “Uhm, pasti akan diusahakan! Yang terpenting sekarang adalah, kalian, Sarah dan Rebecca doakan kami supaya bisa menang lomba nanti. Ok?” Drew tersenyum menengok ke arah kedua adiknya sambil tersenyum lebar namun agak terpaksa.
                “Nah, benar sekali apa yang dikatakan Drew!” Sambung Wesley. Lalu diam-diam dia menghembuskan nafasnya, “Fiuuuhh..” Lalu berkata dalam hatinya, untung saja Drew pandai mencari alasan.
                Satu minggu ini memang benar-benar dilewati kelima sahabat ini di rumah keluarga Stromberg. Sarah dan Rebecca datang setiap pagi untuk melihat ketiga sahabatnya berlatih. Tak lupa Rebecca membawa kamera kesayangannya untuk memotret moment tersebut. Omelan Wesley yang tidak suka difoto pun tak bisa dihindari. Tetapi Rebecca tetap saja iseng memotretnya sampai-sampai Wesley pasrah. Sarah dan Keaton yang memang tidak bisa akrab. Sarah dan Keaton yang selalu saja ribut karena hal-hal kecil. Seperti Sarah yang suka menggoda Keaton saat Keaton mulai bernyanyi. Sedangkan Drew, dia hanya bisa tertawa melihat tingkah keempat sahabatnya yang lain.
                Di hari Senin sore, Drew, Keaton dan Wesley tampak begitu murung. Mereka bertiga duduk di sofa ruang keluarga. Keaton sibuk dengan ponselnya. Wesley sibuk dengan kertas dan amplop-amplopnya. Dan Drew sibuk dengan iPodnya. Mereka menjadi tak karuan menjelang kepindahan mereka ke Australia. Tiba-tiba datang Mrs. Stromberg menghampiri ketiga saudara ini.
                “Nak, kalian sudah merapihkan barang-barang kalian, kan?” Tanya Mrs. Stromberg dengan lembut.
                “Sudah, bu.” Jawab Keaton, Wesley dan Drew dengan wajah lesu.
                “Jangan murung begitu dong. Ibu tahu, pasti kalian sangat berat meninggalkan sahabat-sahabat kalian kan? Sarah dan Rebecca? Ibu dan ayah juga merasakan hal yang sama kok. Sebenarnya kami juga sudah nyaman tinggal di sini. Tetapi apa boleh buat, tuntutan pekerjaan ayah kalian. Ibu harap kalian bisa mengerti ya.” Mrs. Stromberg tersenyum sambil mengelus rambut anak-anaknya penuh kasih sayang lalu tak lupa mencium kening mereka masing-masing. “Pastikan jangan ada barang yang tertinggal ya. Kalau bisa cek kembali.” Mrs. Stromberg lalu melangkah ke kamarnya.
                “Tunggu, bu!” Kata Drew mengehentikan langkah ibunya.
                “Ada apa, nak?” Mrs. Stromberg berhenti di tempatnya.
                “Tepatnya hari apa kita akan pindah ke Australia?”
                “Hari Selasa, nak.”
                “Apa? Selasa?” Kata Keaton, Drew dan Wesley secara bersamaan. Mereka sangat terkejut. Mereka pikir mereka akan pindah di hari Sabtu atau Minggu.
                “Be.. be.. berarti, tepat di hari perlombaan kita?” Wesley menganga tak tahu harus berbuat apa. “Jam berapa bu?”
                “Lomba cipta lagu itu ya? Hmm, kira-kira pukul 2 siang. Kalian lomba jam berapa?” Tanya Mrs. Stromberg berusaha menemukan solusi.
                “Jam 10 bu. Kira-kira cukup tidak ya waktunya?” Tanya Wesley dengan khawatir.
                “Hmm, ibu pikir cukup. Ibu dan ayah akan menunggu di tempat lomba kalian, nah, setelah lomba selesai, kita akan langsung pergi ke bandara.” Mrs. Stromberg memang sangat perngertian terhadap anak-anaknya.
                “Ok, baiklah bu. Terimakasih.” Kata Drew sedikit lega.
                Setelah itu, Keaton, Drew dan Wesley bergegas masuk ke kamar mereka masing-masing untuk mengecek kembali barang-barang yang akan mereka bawa nanti.
                Saat Wesley sedang sibuk mengecek barang-barang bawaannya, tiba-tiba Keaton masuk ke kamar Wesley. “Wesley, bagaimana ini?” Tanya Keaton dengan khawatir.
                “Bagaimana apanya?” Tanya Wesley sambil sibuk membongkar kopernya.
                “Sarah dan Rebecca. Mereka kan belum kita beri tahu mengenai kepindahan kita ke Australia. Bagaimana sih kamu ini! Mereka kan sahabat kita. Masa sampai dilupakan sih!” Jawab Keaton kesal.
                “Oh iya! Astaga aku sampai lupa!” Wesley langsung berhenti membongkar kopernya dan mengajak Keaton duduk di atas tempat tidurnya. Wesley diam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu.
                “Bagaimana? Jangan diam saja dong!” Seru Keaton dengan kesal.
                “Hmm, aku punya ide!” Jawab Wesley penuh semangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar