12.10.2012

THREE MEMORABLE MONTHS


Chapter 4

Keeseokan harinya di rumah keluarga Stromberg...
               “Hoaamm.. jam berapa sih ini?” Kata Wesley sembari menuruni tangga setengah sempoyongan. Wesley kurang tidur akibat menulis semalaman memikirkan kata-kata apa yang bagus untuk ditulis.
               “Jam 7!” Sahut Keaton dengan roti yang masih penuh di mulutnya lalu meneguk segelas susu dengan tergesa-gesa.
               “Cepatlah Wesley! Sarah pasti sudah menunggu kita!” Kata Keaton sambil menggendong tasnya.
               Drew sudah bersiap di luar menunggu kedua adiknya sambil mendengarkan lagu di iPodnya dengan tenang.
               Setelah beberapa saat Keaton dan Wesley keluar dan mereka bertiga pun berangkat bersama ke sekolah tak lupa menjemput Sarah dan Rebecca terlebih dahulu.

Di Sekolah...
               Mata Drew seolah terpanggil oleh papan pengumuman sekolah.
               “Hey Keaton, Wesley! Kesini sebentar!” Drew memanggil Keaton dan Wesley yang sedang asik berbincang dengan anak-anak perempuan di dekat pintu masuk sekolah.
               Keaton dan Wesley langsung menghampiri Drew.
               “Ada apa?” Kata Keaton datar tanpa menengok ke arah papan pengumuman sama sekali.
               “Wow! Lomba mengarang lagu?!” Kata Wesley sangat excited.
               “Iya, bagaimana manurutmu?” Kata Wesley sambil menaruh tangan kanannya di papan pengumuman dan tangan kirinya bertolak pinggang.
               “Boleh tuh! Ikutan aja!” Keaton menjawan sekenanya.
               “Tapi, bukan hanya mengarang lagu. Coba deh liat baik-baik persyaratannya.” Drew menunjuk tulisan di pengumuman tersebut.
               “Ah, harus dinyanyikan juga toh..” Wesley mengangguk-angguk pelan.
               “Kau tau kan aku paling gak suka nyanyi sendirian. Jadi gimana kalau kamu dan Keaton nemenin aku nyanyi juga?” Drew mengangkat sebelah alisnya, bernegosiasi dengan kedua saudaranya.
               “Aku sih mau bangeeettt!” Wesley menyeringai lebar ke arah Drew dan ketika melihat ekspresi wajah Keaton yang datar Wesley ikutan mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar pula.
               “Keaton, kamu keberatan ya?” Wesley memegang pundak Keaton dengan tangan kanannya.
               “Suaraku kan gak bagus-bagus banget. Ehem, ehem..” Keaton berdeham seolah memperbaiki suaranya.
               “La..la..la..” Keaton mulai menyanyikan nada-nada sederhana.
               “Dengar kan?” Tanya Keaton pasrah lalu menundukan kepalanya.
               “Tidak masalah. Aku akan mengajarimu kok. Aku kan kakak yang baik!” Kata Wesley yang paling pandai bernyanyi di antara mereka bertiga.
               Keaton menatap Wesley dalam-dalam menaruh segenggam harapan padanya. “Benar ya?”
               “Iya!” Kata Wesley dengan yakin.
               “Ok kalau gitu mulai besok kita akan berlatih ya! Nanti aku kasih tau soal lagunya.”  Drew tersenyum lebar lalu berjalan meninggalkan kedua sauadaranya tersebut karena bel sudah berdering.
              
Di kelas...
               “Wesley!” Seru Mrs. Sonia kepada Wesley yang sedang lelap tertidur di mejanya.
               “Ah, Re...” Sebelum menyelesaikan kalimatnya Wesley segera sadar sepenuhnya bahwa tadi dia baru saja tertidur di kelas. Dia mengucek-ngucek matanya.
               Seisi kelas hanya menertawakannya.
               “Maaf..” Kata Wesley pelan dan menyesal.
               Mrs. Sonia menghampiri meja Wesley lalu membenarkan posisi kacamatanya, “Apa yang kamu kejakan semalam? Kenapa bisa sampai tertidur di kelas?”
               Wesley mencari-cari alasan, “Ah itu.. hmm, aku menonton pertandingan bola semalam. Iya, pertandingan bola!”
               “Dasar anak ini. Jangan diulangi lagi lain kali!” Kata Mrs. Sonia dengan tegas lalu kembali ke depan kelas untuk melanjutkan pelajaran.
               “Fiuuuhh..” Wesley mendesah lega dengan pelan.

Sepulang sekolah...
               “Keaton!” Sahut Sarah ke arah Keaton yang sedang berjalan sendirian keluar pintu sekolah.
               “Yo!” Keaton menghampiri Sarah lalu melepas jepitan rambut yang dipakai Sarah saat itu.
               “Hey!” Sarah mencoba merebut jepitannya kembali namun terlalu sulit mengambil sesuatu dari tangan ahli sejenis milik Keaton.
               Keaton menjulurkan lidahnya lalu berlari ke lapangan sekolah.
               Sarah lantas mengejarnya. Akhirnya mereka pun kejar-kejaran di lapangan sekolah sampai akhirnya Sarah pun berhenti karena kelelahan. Sarah menumpukan kedua tangannya di lututnya dengan nafas terengah-engah.
               “Awas kamu!” Sarah berteriak ke arah Keaton yang jauh berada di sisi lain lapangan.
               “Sarah!” Tiba-tiba Rebecca datang menghampiri Sarah bersama Wesley dan Drew.
               Melihat Sarah yang tampak kelelahan Drew segera mendekati Sarah sambil membungkukkan badannya menyesuaikan posisinya dengan Sarah.
               “Haha, are you okay?” Drew tertawa kecil melihat wajah Sarah yang begitu merah akibat berlarian dari tadi.
               “Lihat saja itu adikmu!” Sarah menunjuk Keaton yang tampak berjalan mendekatinya.
               “Heh Keaton, jangan terlalu iseng dong. Kasihan Sarah sampai merah begini mukanya.” Drew tersenyum simpul ke arah Keaton yang hanya cemberut lalu menjulurkan tangannya bermaksud mengembalikan jepitan ke Sarah.
               “Sini!” Drew mengambil jepitan itu dari tangan Keaton lalu mengembalikannya pada Sarah yang sudah berdiri tegak.
               “Terimakasih Drew. Kamu emang yang paling berhati lembut.” Sarah menatap Keaton dengan maksud menyindir.
               Wajah Keaton yang merah akibat berlarian tadi sekarang bertambah merah.
               “Sudahlah, aku gak mau bicara lagi sama kau, Drew!” Keaton berjalan menjauhi teman-temannya tersebut.
               “Loh? Apa salahku?” Drew mengangkat kedua tangannya.
               “Dia emang kayak anak kecil. Udahlah hiraukan saja. Nanti juga balik lagi kayak biasa.” Kata Wesley tenang lalu mengajak yang lain untuk bergegas pulang ke rumah.
               “Keaton gimana?” Tanya Rebecca.
               “Tuuuh dia balik lagi kan..” Wesley menunjuk Keaton yang sedang berjalan ke arah mereka.
               Keaton berjalan dengan wajahnya yang masih merah padam. “Ayo pulang! Ajarkan aku bernyanyi!” Ketus Keaton dengan wajah ditekuk.
               Wesley tertawa kecil, “Kau ini ada-ada saja. Ayo!” Wesley berjalan lalu disusul dengan yang lain.
               “Tunggu tunggu. Bernyanyi? Sejak kapan Keaton mau belajar bernyanyi?” Tanya Sarah keheranan. Karena selama ini yang dia tahu Keaton tidak suka yang namanya bernyanyi.
               “Sejak Drew mengajak kami ikut lomba. Kamu gak liat papan pengumuman sekolah?” Tanya Wesley sambil melirik ke arah Sarah.
               “Enggak.” Jawab Sarah.
               “Lomba apa?” Tanya Rebecca penasaran lalu mengubah posisi berjalannya menjadi ke sebelah Wesley.
               “Lomba mengarang lagu. Tapi harus dinyanyikan. Makanya Drew mengajak aku dan Keaton. Anak ini harus diajarkan bernyanyi yang benar dulu kalau kita mau menang. Ya gak, drew?” Wesley melirik ke arah Drew.
               Drew hanya menjawabnya dengan anggukan dan senyuman.

Hari Minggu di rumah keluarga Stromberg...
               Drew, Wesley dan Keaton sedang sibuk berlatih di studio kecil milik mereka. Tepatnya di kamar Wesley. Di sana banyak sekali alat musik. Mulai dari gitar akustik, gitar listrik, drum, dan keyboard. Karena hobi mereka bertiga memang bermain alat musik.
               “Tok, tok, tok!” Terdengar suara ketukan dari pintu kamar Wesley.
               Keaton melonjak dari tempat duduknya lalu segera membukakan pintu.
               “Sarah? Rebecca?” Keaton terkaget ternyata Sarah dan Rebecca yang datang. Begitu juga dengan Wesley dan Drew yang terkaget.
               “Kita mau liat kalian latihan. Boleh kan?” Tanya Rebecca sambil menyeringai.
               “Boleh lah..” Jawab Wesley.
               Sarah dan Rebecca langsung duduk di tempat tidur, melihat Keaton, Drew dan Wesley yang sibuk berlatih.  Rebecca sengaja membawa kameranya untuk memotret ketiga sahabatnya yang sedang berlatih. Untuk kenang-kenangan.
               “Rebecca jangan foto-foto  kita deh.” Kata Wesley merasa risih.
               “Ayolah kali ini saja. Untuk kenang-kenangan. Yayaya?” Rebecca memohon.
               Wesley hanya mengangguk kaku seakan tidak ikhlas.
               “Wah, suaramu bagus juga, Kitty!” Ejek Sarah pada Keaton.
               “Memuji atau mengejek sih?” Tanya Keaton sinis pada Sarah.
               “Beneran tau! Dibilang bagus gak mau, yaudah.” Sarah memalingkan wajahnya dari Keaton. Lalu berganti memandang Drew.
               “Drew, lagunya keren! Kamu ini emang berbakat banget jadi penulis lagu. Suatu saat nanti pasti kamu jadi penulis lagu profesional deh. Trus banyak penyanyi yang minta ditulisin lagu sama kamu. Hehe.” Puji Sarah pada Drew.
               “Bisa aja kamu.” Kata Drew malu-malu.
               “Lombanya kapan sih?” Tanya Rebecca entah ke siapa.
               “Minggu ketiga di musim panas nanti.” Jawab Drew, Keaton dan Wesley serentak.
               “Wah, satu bulan lagi dong. Aahh..” Kata Rebecca.
               “Doain kita ya!” Kata Wesley sambil memasukkan gitar yang dari tadi dipakainya.
               “Pastinyalah..” Jawab Rebecca sambil tersenyum ke arah Wesley.
               Rebecca melihat-lihat sekitar kamar Wesley. Di sana terpajang foto-foto masa kecil mereka berlima, Keaton, Drew, Wesley, Sarah dan Rebecca.
               Saat sedang melihat-lihat buku di meja belajar Wesley, tiba-tiba Rebecca menemukan amplop berwarna merah muda terselip di laci. Sepertinya Wesley kurang teliti saat hendak memasukkannya.
               “Ini apa?” Tanya Rebecca sambil menunjuk amplop merah muda tersebut.
               Deg! Wesley buru-buru memasukkan amplop tersebut agar masuk dengan benar.
               “Ah, surat dari fansku. Biasalah..” Kata Wesley santai.
               “Oh.. kok mirip ya dengan amplop surat punyaku.” Rebecca kebingungan.
               “Ah yang benar? Emangnya kamu pernah ngirim surat ke aku? Haha bercanda aja.” Wesley tertawa kaku.
               “Bukan gitu maksudnya. Aku emang gak pernah ngirim surat ke kamu. Tapi... sudahlah lupain aja.” Kata Rebecca sambil berlalu melihat-lihat sudut kamar yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar