Chapter 6
Esok paginya
di rumah Sarah..
“Tingtongtingtong” terdengar bunyi bel
yang langsung di bukakan oleh mrs. Deschannel, ibunya Sarah.
“Morning Mrs. Deschannel” sapa Drew, Wesley dan Keaton berbarengan yang
ingin menjemput Sarah untuk pergi kesekolah bersama
“Morning kids! Tunggu sebentar yaa akan ku panggil kan Sarah” jawab
Mrs. Deschannel yang langsung bergegas untuk memanggil Sarah “Sarah! Cepat!
Teamn-teman mu sudah menunggu!” teriak mrs. Deschannel
“Iyaaa buuu, sebentar!!” teriak Sarah menjawab.
Seketika itu
juga Sarah turun dengan membawa banyak tumpukan buku pelajaran di tangannya.
Secepat kilat ia menyambar hidangan sarapan di atas meja makan itu dan
memasukannya ke dalam mulut. Tak lupa ia menyambar segelas susu dan meminumnya
sampai setengah.
“Aku pergi dulu yaa, bu! Dahh Aku sayang ibu!” Kata Sarah sambil
memberikan salam kepada ibunya dan mengecup kedua pipi ibunya
“Hati-hati yaa!” kata Ibunya peringatkan
Saat bertemu
dengan ketiga sahabatnya menunggu di ruang tamu itu, Sarah teringat ia masih
kesal dengan sikap Keaton kemarin yang berubah cepat sekali. ia pun
mengurungkan niatnya untuk menyapa orang itu.
“Morning semuanya” Sapa Sarah tanpa melirik ke arah Keaton sama sekali.
Keaton yang merasa Sarah masih sangat marah padanya hanya menunduk terdiam.
Wesley yang memperhatikan hal itu hanya tersenyum melihat Keaton dan
merangkulnya.
“Morning! Ayo kita berangkat ke rumah Rebecca! jangan sampai kita telat
untuk membangunkannya di pagi ini! hahaha”
jawab Drew mengajak semuanya untuk berangkat.
Di perjalanan pun Sarah tidak mau menyapa Keaton sama sekali. nampaknya
ia masih sangat kesal dengan kejadian kemarin, dan menunggu sampai Keaton ingin
minta maaf dan menjelaskan ada apa sebenarnya kemarin.
Keaton pun
hanya terdiam bagaikan tidak memiliki salah apapun. Ia pun bersikap seperti
biasa, cuek dengan yang lainnya. Namun, sebenarnya di dalam hatinya ia merasa
sangat bersalah akan kejadian kemarin.
Saat sampai dirumah Rebecca, ternyata gadis itu sudah bangun dari mimpi
tidurnya. Ia pun langsung membukakan pintu untuk keempat sahabatnya yang datang
untuk menjemputnya itu.
“Morning!! Aku cepat bangun kan? hahaha” sapa Rebecca sambil tersenyum
merekah
“Tumben sekali! haha ada apa memangnya? Lagi jatuh cinta yaa makanya
bangun pagi?” tanya Wesley asal.
“Ih, memangnya salah aku bangun pagi? Iyaa aku lagi jatuh cinta hihihi”
jawab Rebecca tersenyum-senyum sendiri.
“Jatuh cinta sama siapa?” tanya Wesley yang penasaran
“Yang jelas bukan sama kamu Wesleeyyy, pengen tahu banget sih!” jawab
Rebecca sambil menjulurkan lidahnya.
“haha sudah-sudah! Lagian Rebecca, kamu kok lagi jatuh cinta gak
cerita-cerita sih sama kita? Woo” tanya Sarah yang juga penasaran.
“Nanti yaa Sarah aku ceritakan sama kamu, tapi nggak pada ketiga cowok
ini!” jawab Rebecca sambil menunjuk ketiga sahabat cowoknya dan menjulurkan
lidah, mengajek masing-masing dari mereka bertiga.
“huh curaaangg!” kata Drew, Wesley dan Keaton berbarengan. Keaton yang
mengatahui rahasia abangnya yang menyukai Rebecca itu hanya menepuk punggung
abangnya itu dengan rasa ‘prihatin’.
“Sudah, sudah! Ayo kita berangkat. Meskipun kita tidak mungkin telat
pagi ini karena sang ratu tidur sudah bangun dengan sendirinya. Yang membuat
kita tidak akan telat! Hahaha Ayo!” kata Drew mengajak mereka langsung
berangkat bersama ke sekolah.
Mereka
berlima pun akhirnya berangkat ke sekolah sambil tertawa-tawa, meskipun Sarah
masih tidak ingin menyapa Keaton sama sekali.
Saat Jam Istirahat di Sekolah...
Sarah sedang asyik berkutat
dengan netbook kesayangannya di dalam kelas. Setelah sekitar 1 bulan tidak
memperbarui blognya, kini Sarah berniat untuk memperbaruinya. Dia mulai
mengetik dan mencurahkan isi hatinya dalam tulisannya tersebut.
Dari depan pintu kelas Keaton
mengintip Sarah yang saat itu hanya sendirian di kelas. “Masuk tidak ya? Pasti Sarah lagi badmood sekarang.” kata Keaton
dalam hatinya. Keaton sangat ragu dan takut kalau Sarah sangat marah padanya. Karena
jarang juga Sarah hanya diam di kelas saat jam istirahat seperti ini. Namun
seakan baru saja didorong oleh Mic Tyson, Keaton dengan cepat memasuki kelas.
Mendengar suara langkah kaki yang
mendekat ke arahnya Sarah segera mendongak dari netbooknya dan mendapati Keaton
yang sudah berdiri di hadapannya dengan wajah gelisah. Sarah kembali
menghiraukan Keaton dan lanjut mengetik.
“Umm, Sarah..” Keaton
menggaruk-garuk kepalanya karena takut pada Sarah. Keaton tahu sekalinya Sarah
marah, dia akan menjadi sangat cuek dan jutek.
“Apa?” Sarah mendongak sekali
lagi dari netbooknya dengan ekspresi wajah tidak tertarik.
“Maaf ya..” Suara Keaton berubah
menjadi seperti seorang bayi. Ini trik setiap kali Keaton memohon maaf pada
Sarah. Bukan sekali dua kali saja Sarah bertengkar dengan Keaton. Sudah
beribu-ribu kali. Mereka berdua layaknya Tom and Jerry.
“Ya.” Kata Sarah singkat.
Wajahnya tetap terpaku ke layar netbook.
“Benar?” Keaton berjongkok di
samping tempat duduk Sarah.
Sarah hanya mengangguk kaku. Matanya
tidak juga menatap Keaton.
Melihat respon Sarah yang seperti
itu Keaton tidak yakin kalau Sarah benar-benar memaafkannya. Lalu Keaton
mendekatkan wajahnya ke depan wajah Sarah sehingga menutupi Sarah dari layar
netbooknya.
“Apa-apaan sih.” Sarah mencoba
menyingkirkan wajah Keaton yang saat itu hanya berjarak beberapa sentimeter
dari wajahnya. Namun Keaton terus menahannya.
“Maafkan aku dengan tulus baru
aku menyingkir darimu..”
Entah ada aliran listrik dari
mana tiba-tiba dada Sarah terasa seperti kena setruman yang dahsyat. Mata
Keaton yang biru bertemu dengan mata Sarah yang coklat. Sarah mencoba tidak
menatap mata Keaton. Namun seolah mata Keaton memaksanya untuk terus
menatapnya.
“Maaf aku berbuat seenaknya
padamu kemarin. Aku sedang tidak dalam mood yang bagus saat itu. Aku sangat
menyesal.” Keaton mengedipkan matanya setelah menyelesaikan kalimat tersebut.
“Iya sudah kumaafkan.
Menyingkirlah!” Sarah mendorong pipi Keaton agar menjauh darinya.
Keaton hanya tertawa melihat
respon Sarah yang seperti itu. “Ya
Tuhan.. apa yang baru saja aku lakukan? Sarah terlihat begitu cantik dari dekat.”
Keaton berkata dalam hatinya. Keaton terus tertawa-tawa sendiri. Kesenangan.
“Heh! Kenapa ketawa-ketawa
begitu? Senang ya melihat wajahku yang seperti boneka babi kalau dari dekat?
Huh!” Sarah menutup netbooknya dan memasukkannya ke dalam tasnya.
Keaton menatap Sarah sambil
senyum-senyum tanpa berkata apapun lalu berlari dengan cepat keluar kelas.
“Anak itu!” Sarah mengepal
tangannya ke udara lalu mendengus kesal.
“Buk!” Keaton menabrak Rebecca yang hendak masuk kelas.
“Keaton! Hati-hati dong!” Kata
Rebecca kesal.
“Eh, maaf maaf..” Tanpa banyak
bicara lagi Keaton segera berlari lagi menuju kelasnya.
Sepulang sekolah...
Wesley memberi kode pada Keaton
yang sedang asyik bercanda gurau dengan Rebecca dan Sarah. Tawa Keaton segera
terhenti setelah menyadari kode dari Wesley yang memanggilnya secara diam-diam
dibalik semak-semak. Keaton pun meninggalkan Sarah dan Rebecca tanpa dicurigai
sama sekali. Kemudian Sarah dan Rebecca lanjut bercanda gurau. Tidak
menghiraukan kepergian Keaton.
Dibalik semak-semak Wesley sedang
jongkok sambil memegang sebuah amplop merah muda. Pasti surat untuk Rebecca
pikir Keaton.
“Ada apa?” Tanya Keaton sambil
berbisik.
“Ini..” Wesley menyodorkan surat
tersebut ke tangan Keaton. “Tolong taruh di loker Rebecca sekarang.” Wesley
melirik sekitarnya memastikan tidak ada yang melihatnya.
“Kenapa aku? Kau saja lah.”
Keaton menolak. Volume suaranya menjadi lebih besar dari sebelumnya.
“Sssttt!!” Wesley dengan cepat
menyambar mulut Keaton dan menutupnya lalu memberi surat itu ke tangan Keaton
secara paksa. “Taruh saja. Aku minta tolong.”
“Ah, yasudah.. pastikan Rebecca
dan Sarah tetap di sana ya.” Keaton melirik ke arah Rebecca dan Sarah yang
masih asik bercanda-gurau diikuti dengan kehadiran Drew.
Setelah melihat kehadiran Drew
wajah Keaton berubah menjadi kesal. “Ah dia datang. Tunggu disini ya. Aku
segera kembali!” Keaton dengan perlahan keluar dari semak-semak dan masuk ke
dalam sekolah untuk memasukan surat dari Wesley ke loker Rebecca.
Kurang dari 5 menit Keaton sudah
kembali dan menghampiri sahabat-sahabatnya yang masih bercanda gurau di depan
gerbang sekolah.
“Hey! Tidak pulang nih?” Kata
Keaton mengagetkan teman-temannya.
“Keaton! Mengagetkan saja sih!”
Protes Rebecca diikuti dengan Sarah, Wesley dan Drew yang memasang wajah protes
juga.
“Lagian asik banget sih
ngobrolnya sampai-sampai gak ingat sama aku ya?” Keaton membenarkan posisi tas
yang digendongnya.
“Kamu yang menghilang. Kita
ngobrol disini sambil nunggu kamu tau!” Kata Sarah kesal.
“Ah iya, maafkan aku ya.” Kata
Keaton sambil membungkukan badannya 90 derajat.
Diam-diam Wesley mengedipkan
sebelah matanya ke arah Keaton dan di balas dengan tatapan ‘senang ya sekarang
sudah bisa memanfaatkan aku’ dari Keaton.
Malam Harinya di Rumah Keluarga Stromberg...
Di ruang
keluarga Mrs. Dan Mr. Stromberg nampak sedang berbincang dengan sangat serius.
Saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang dalam. Tak jarang Mrs. Stromberg
memasang wajah penuh kekhawatiran.
“Tidakkah terlalu sulit untuk
mereka jika harus pindah?” Tanya Mrs. Stromberg pada suaminya.
Mr.
Stromberg hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan ‘mau bagaimana lagi’.
“Kau yakin mereka akan mau ikut?”
Tanya Mrs. Stromberg sekali lagi meyakinkan suaminya.
“Jika kita pindah, mereka pasti
akan ikut. Bagaimanapun kita ini orang tua mereka.” Mr. Stromberg menatap
istrinya dengan lesu. Seolah merasa sangat bersalah.
“Hmm, baiklah aku akan coba
bicara pada mereka besok.” Mrs. Stromberg menepuk pundak suaminya lalu beranjak
dari ruang keluarga ke kamarnya. Mr. Stromberg hanya duduk di sofa dengan
tatapan kosong. Memikirkan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan.
Sementara di kamarnya Keaton
sedang sibuk dengan ponselnya. Dia terbenam di selimut tebal miliknya yang
bergambar batman. Lampu ponselnya menembus selimutnya. Keaton senyum-senyum
sendiri sambil mengetik pesan di ponselnya. Membayangkan wajah seseorang yang
akan dikiriminya pesan tersebut. Membayangkan wajahnya yang saat itu dilihatnya
dengan jarak sangaaaatttt dekat. Membayangkan wajahnya ketika dia marah, kesal,
tertawa, dan lain-lain.
Saat sedang terbenam dalam
bayangannya akan seseorang tersebut, lampu kamar Keaton mendadak menyala lantas
Keaton segera membuka selimutnya dan dengan cepat menekan tombol “Send” di
ponselnya. Setelah beberapa detik Keaton menyadari sesuatu, “Ah! Kepencet!
Tidak!” Keaton mengotak-ngatik ponselnya siapa tau pesan tersebut dapat
dibatalkan pengirimannya. Tetapi sudah terlambat.
“Ada apa sih masuk-masuk kamarku?
Tidak diketuk dulu pula. Gak lihat tulisan di depan pintuku? Hah?” Keaton
protes dan masih terbawa rasa khawatir karena pesannya barusan telah terkirim.
“Gak dengar ya aku udah mengetuk
berkali-kali? Makanya aku langsung masuk aja!” Wesley duduk di samping Keaton
yang masih terbalut selimut dengan wajah kesal. “Ngapain aja sih dari tadi?”
Tanya Wesley penasaran.
“Bukan ursanmu!” Keaton menutup
seluruh tubuhnya dengan selimut. Dari balik selimut “Kamu mau ngapain ke sini?”
Tanya Keaton dengan ketus.
“Mau minta bantuan.” Jawan Wesley
polos.
“Mentang-mentang sekarang aku
sudah tau mengenai rasa sukamu pada Rebecca jangan seenaknya memanfaatkan anak
kecil polos sepertiku ini ya!”
“Cihhh, polos apanya.” Protes
Wesley.
“Yasudah kalau gak mau dibantu!”
“Ehh, iya iya. Maaf. Bukankah
sesama saudara harus saling membantu? Kamu kan adikku yang paling baik
sedunia.” Goda Wesley.
“Memang adikmu Cuma satu! Siapa
lagi, hah?! Rayuanmu gak bermutu!” Keaton membuka selimutnya dan duduk
berhadapan dengan Wesley. “Kali ini apa?” Tanyanya tidak terlalu tertarik.
“Surat yang keempat. Aku harus
tulis apa ya supaya Rebecca menyadari kalau aku yang menyukainya.” Wesley
memainkan jari-jari tangannya di atas selimut Keaton.
“Aduh, caramu ini kuno banget
sih! Lagian masih aja pakai surat! Kayak aku dong canggih sedikit, lewat SMS!”
Keaton membanggakan dirinya.
“Halah, kamu ini dasar anak
kecil! Sama saja tau! Sama-sama gak secara langsung kan. Yasudah intinya kita
sama.” Wesley mengacak-ngacak rambutnya adiknya tersebut.
“Umm, iya juga sih. Yasudah tulis
aja perasaanmu yang sebenarnya. Tulis juga kejadian-kejadian yang pernah kalian
berdua alami. Supaya dia sadar kalau surat itu dari kamu.” Keaton menasihati
Wesley dengan semangat. Dan dia tiba-tiba teringat dengan pesan yang baru saja
dia kirim. Dia berdoa supaya Sarah tidak menyadari kata-katanya yang sudang
sangat menjuru itu.
“Ah, pintar juga kamu
kadang-kadang! Terimakasih ya!” Wesley menepuk-nepuk pipi Keaton lalu sambil
tersenyum lebar Wesley keluar dari kamar Keaton tak lupa mematikan lampu
kamarnya terlebih dahulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar