12.13.2012

THREE MEMORABLE MONTHS


Chapter 6

Esok paginya di rumah Sarah..
“Tingtongtingtong” terdengar bunyi bel yang langsung di bukakan oleh mrs. Deschannel, ibunya Sarah.
“Morning Mrs. Deschannel” sapa Drew, Wesley dan Keaton berbarengan yang ingin menjemput Sarah untuk pergi kesekolah bersama
“Morning kids! Tunggu sebentar yaa akan ku panggil kan Sarah” jawab Mrs. Deschannel yang langsung bergegas untuk memanggil Sarah “Sarah! Cepat! Teamn-teman mu sudah menunggu!” teriak mrs. Deschannel
“Iyaaa buuu, sebentar!!” teriak Sarah menjawab.
Seketika itu juga Sarah turun dengan membawa banyak tumpukan buku pelajaran di tangannya. Secepat kilat ia menyambar hidangan sarapan di atas meja makan itu dan memasukannya ke dalam mulut. Tak lupa ia menyambar segelas susu dan meminumnya sampai setengah.
“Aku pergi dulu yaa, bu! Dahh Aku sayang ibu!” Kata Sarah sambil memberikan salam kepada ibunya dan mengecup kedua pipi ibunya
“Hati-hati yaa!” kata Ibunya peringatkan
Saat bertemu dengan ketiga sahabatnya menunggu di ruang tamu itu, Sarah teringat ia masih kesal dengan sikap Keaton kemarin yang berubah cepat sekali. ia pun mengurungkan niatnya untuk menyapa orang itu.           
“Morning semuanya” Sapa Sarah tanpa melirik ke arah Keaton sama sekali. Keaton yang merasa Sarah masih sangat marah padanya hanya menunduk terdiam. Wesley yang memperhatikan hal itu hanya tersenyum melihat Keaton dan merangkulnya.
“Morning! Ayo kita berangkat ke rumah Rebecca! jangan sampai kita telat untuk membangunkannya di pagi ini! hahaha”  jawab Drew mengajak semuanya untuk berangkat.

Di perjalanan pun Sarah tidak mau menyapa Keaton sama sekali. nampaknya ia masih sangat kesal dengan kejadian kemarin, dan menunggu sampai Keaton ingin minta maaf dan menjelaskan ada apa sebenarnya kemarin.
Keaton pun hanya terdiam bagaikan tidak memiliki salah apapun. Ia pun bersikap seperti biasa, cuek dengan yang lainnya. Namun, sebenarnya di dalam hatinya ia merasa sangat bersalah akan kejadian kemarin. 

Saat sampai dirumah Rebecca, ternyata gadis itu sudah bangun dari mimpi tidurnya. Ia pun langsung membukakan pintu untuk keempat sahabatnya yang datang untuk menjemputnya itu.
“Morning!! Aku cepat bangun kan? hahaha” sapa Rebecca sambil tersenyum merekah
“Tumben sekali! haha ada apa memangnya? Lagi jatuh cinta yaa makanya bangun pagi?” tanya Wesley asal.
“Ih, memangnya salah aku bangun pagi? Iyaa aku lagi jatuh cinta hihihi” jawab Rebecca tersenyum-senyum sendiri.
“Jatuh cinta sama siapa?” tanya Wesley yang penasaran
“Yang jelas bukan sama kamu Wesleeyyy, pengen tahu banget sih!” jawab Rebecca sambil menjulurkan lidahnya.
“haha sudah-sudah! Lagian Rebecca, kamu kok lagi jatuh cinta gak cerita-cerita sih sama kita? Woo” tanya Sarah yang juga penasaran.
“Nanti yaa Sarah aku ceritakan sama kamu, tapi nggak pada ketiga cowok ini!” jawab Rebecca sambil menunjuk ketiga sahabat cowoknya dan menjulurkan lidah, mengajek masing-masing dari mereka bertiga.
“huh curaaangg!” kata Drew, Wesley dan Keaton berbarengan. Keaton yang mengatahui rahasia abangnya yang menyukai Rebecca itu hanya menepuk punggung abangnya itu dengan rasa ‘prihatin’.
“Sudah, sudah! Ayo kita berangkat. Meskipun kita tidak mungkin telat pagi ini karena sang ratu tidur sudah bangun dengan sendirinya. Yang membuat kita tidak akan telat! Hahaha Ayo!” kata Drew mengajak mereka langsung berangkat bersama ke sekolah.
Mereka berlima pun akhirnya berangkat ke sekolah sambil tertawa-tawa, meskipun Sarah masih tidak ingin menyapa Keaton sama sekali.


Saat Jam Istirahat di Sekolah...
               Sarah sedang asyik berkutat dengan netbook kesayangannya di dalam kelas. Setelah sekitar 1 bulan tidak memperbarui blognya, kini Sarah berniat untuk memperbaruinya. Dia mulai mengetik dan mencurahkan isi hatinya dalam tulisannya tersebut.
               Dari depan pintu kelas Keaton mengintip Sarah yang saat itu hanya sendirian di kelas. “Masuk tidak ya? Pasti Sarah lagi badmood sekarang.” kata Keaton dalam hatinya. Keaton sangat ragu dan takut kalau Sarah sangat marah padanya. Karena jarang juga Sarah hanya diam di kelas saat jam istirahat seperti ini. Namun seakan baru saja didorong oleh Mic Tyson, Keaton dengan cepat memasuki kelas.
               Mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya Sarah segera mendongak dari netbooknya dan mendapati Keaton yang sudah berdiri di hadapannya dengan wajah gelisah. Sarah kembali menghiraukan Keaton dan lanjut mengetik.
               “Umm, Sarah..” Keaton menggaruk-garuk kepalanya karena takut pada Sarah. Keaton tahu sekalinya Sarah marah, dia akan menjadi sangat cuek dan jutek.
               “Apa?” Sarah mendongak sekali lagi dari netbooknya dengan ekspresi wajah tidak tertarik.
               “Maaf ya..” Suara Keaton berubah menjadi seperti seorang bayi. Ini trik setiap kali Keaton memohon maaf pada Sarah. Bukan sekali dua kali saja Sarah bertengkar dengan Keaton. Sudah beribu-ribu kali. Mereka berdua layaknya Tom and Jerry.
               “Ya.” Kata Sarah singkat. Wajahnya tetap terpaku ke layar netbook.
               “Benar?” Keaton berjongkok di samping tempat duduk Sarah.
               Sarah hanya mengangguk kaku. Matanya tidak juga menatap Keaton.
               Melihat respon Sarah yang seperti itu Keaton tidak yakin kalau Sarah benar-benar memaafkannya. Lalu Keaton mendekatkan wajahnya ke depan wajah Sarah sehingga menutupi Sarah dari layar netbooknya.
               “Apa-apaan sih.” Sarah mencoba menyingkirkan wajah Keaton yang saat itu hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahnya. Namun Keaton terus menahannya.
               “Maafkan aku dengan tulus baru aku menyingkir darimu..”
               Entah ada aliran listrik dari mana tiba-tiba dada Sarah terasa seperti kena setruman yang dahsyat. Mata Keaton yang biru bertemu dengan mata Sarah yang coklat. Sarah mencoba tidak menatap mata Keaton. Namun seolah mata Keaton memaksanya untuk terus menatapnya.
               “Maaf aku berbuat seenaknya padamu kemarin. Aku sedang tidak dalam mood yang bagus saat itu. Aku sangat menyesal.” Keaton mengedipkan matanya setelah menyelesaikan kalimat tersebut.
               “Iya sudah kumaafkan. Menyingkirlah!” Sarah mendorong pipi Keaton agar menjauh darinya.
               Keaton hanya tertawa melihat respon Sarah yang seperti itu. “Ya Tuhan.. apa yang baru saja aku lakukan? Sarah terlihat begitu cantik dari dekat.” Keaton berkata dalam hatinya. Keaton terus tertawa-tawa sendiri. Kesenangan.
               “Heh! Kenapa ketawa-ketawa begitu? Senang ya melihat wajahku yang seperti boneka babi kalau dari dekat? Huh!” Sarah menutup netbooknya dan memasukkannya ke dalam tasnya.
               Keaton menatap Sarah sambil senyum-senyum tanpa berkata apapun lalu berlari dengan cepat keluar kelas.
               “Anak itu!” Sarah mengepal tangannya ke udara lalu mendengus kesal.
               “Buk!” Keaton menabrak Rebecca yang hendak masuk kelas.
               “Keaton! Hati-hati dong!” Kata Rebecca kesal.
               “Eh, maaf maaf..” Tanpa banyak bicara lagi Keaton segera berlari lagi menuju kelasnya.

Sepulang sekolah...
               Wesley memberi kode pada Keaton yang sedang asyik bercanda gurau dengan Rebecca dan Sarah. Tawa Keaton segera terhenti setelah menyadari kode dari Wesley yang memanggilnya secara diam-diam dibalik semak-semak. Keaton pun meninggalkan Sarah dan Rebecca tanpa dicurigai sama sekali. Kemudian Sarah dan Rebecca lanjut bercanda gurau. Tidak menghiraukan kepergian Keaton.
               Dibalik semak-semak Wesley sedang jongkok sambil memegang sebuah amplop merah muda. Pasti surat untuk Rebecca pikir Keaton.   
               “Ada apa?” Tanya Keaton sambil berbisik.
               “Ini..” Wesley menyodorkan surat tersebut ke tangan Keaton. “Tolong taruh di loker Rebecca sekarang.” Wesley melirik sekitarnya memastikan tidak ada yang melihatnya.
               “Kenapa aku? Kau saja lah.” Keaton menolak. Volume suaranya menjadi lebih besar dari sebelumnya.
               “Sssttt!!” Wesley dengan cepat menyambar mulut Keaton dan menutupnya lalu memberi surat itu ke tangan Keaton secara paksa. “Taruh saja. Aku minta tolong.”
               “Ah, yasudah.. pastikan Rebecca dan Sarah tetap di sana ya.” Keaton melirik ke arah Rebecca dan Sarah yang masih asik bercanda-gurau diikuti dengan kehadiran Drew.
               Setelah melihat kehadiran Drew wajah Keaton berubah menjadi kesal. “Ah dia datang. Tunggu disini ya. Aku segera kembali!” Keaton dengan perlahan keluar dari semak-semak dan masuk ke dalam sekolah untuk memasukan surat dari Wesley ke loker Rebecca.
               Kurang dari 5 menit Keaton sudah kembali dan menghampiri sahabat-sahabatnya yang masih bercanda gurau di depan gerbang sekolah.
               “Hey! Tidak pulang nih?” Kata Keaton mengagetkan teman-temannya.
               “Keaton! Mengagetkan saja sih!” Protes Rebecca diikuti dengan Sarah, Wesley dan Drew yang memasang wajah protes juga.
               “Lagian asik banget sih ngobrolnya sampai-sampai gak ingat sama aku ya?” Keaton membenarkan posisi tas yang digendongnya.
               “Kamu yang menghilang. Kita ngobrol disini sambil nunggu kamu tau!” Kata Sarah kesal.
               “Ah iya, maafkan aku ya.” Kata Keaton sambil membungkukan badannya 90 derajat.
               Diam-diam Wesley mengedipkan sebelah matanya ke arah Keaton dan di balas dengan tatapan ‘senang ya sekarang sudah bisa memanfaatkan aku’ dari Keaton.
              

Malam Harinya di Rumah Keluarga Stromberg...
            Di ruang keluarga Mrs. Dan Mr. Stromberg nampak sedang berbincang dengan sangat serius. Saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang dalam. Tak jarang Mrs. Stromberg memasang wajah penuh kekhawatiran.
               “Tidakkah terlalu sulit untuk mereka jika harus pindah?” Tanya Mrs. Stromberg pada suaminya.
Mr. Stromberg hanya bisa menatap istrinya dengan tatapan ‘mau bagaimana lagi’.
               “Kau yakin mereka akan mau ikut?” Tanya Mrs. Stromberg sekali lagi meyakinkan suaminya.
               “Jika kita pindah, mereka pasti akan ikut. Bagaimanapun kita ini orang tua mereka.” Mr. Stromberg menatap istrinya dengan lesu. Seolah merasa sangat bersalah.
               “Hmm, baiklah aku akan coba bicara pada mereka besok.” Mrs. Stromberg menepuk pundak suaminya lalu beranjak dari ruang keluarga ke kamarnya. Mr. Stromberg hanya duduk di sofa dengan tatapan kosong. Memikirkan sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan.
               Sementara di kamarnya Keaton sedang sibuk dengan ponselnya. Dia terbenam di selimut tebal miliknya yang bergambar batman. Lampu ponselnya menembus selimutnya. Keaton senyum-senyum sendiri sambil mengetik pesan di ponselnya. Membayangkan wajah seseorang yang akan dikiriminya pesan tersebut. Membayangkan wajahnya yang saat itu dilihatnya dengan jarak sangaaaatttt dekat. Membayangkan wajahnya ketika dia marah, kesal, tertawa, dan lain-lain.
               Saat sedang terbenam dalam bayangannya akan seseorang tersebut, lampu kamar Keaton mendadak menyala lantas Keaton segera membuka selimutnya dan dengan cepat menekan tombol “Send” di ponselnya. Setelah beberapa detik Keaton menyadari sesuatu, “Ah! Kepencet! Tidak!” Keaton mengotak-ngatik ponselnya siapa tau pesan tersebut dapat dibatalkan pengirimannya. Tetapi sudah terlambat.
               “Ada apa sih masuk-masuk kamarku? Tidak diketuk dulu pula. Gak lihat tulisan di depan pintuku? Hah?” Keaton protes dan masih terbawa rasa khawatir karena pesannya barusan telah terkirim.
               “Gak dengar ya aku udah mengetuk berkali-kali? Makanya aku langsung masuk aja!” Wesley duduk di samping Keaton yang masih terbalut selimut dengan wajah kesal. “Ngapain aja sih dari tadi?” Tanya Wesley penasaran.
               “Bukan ursanmu!” Keaton menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Dari balik selimut “Kamu mau ngapain ke sini?” Tanya Keaton dengan ketus.
               “Mau minta bantuan.” Jawan Wesley polos.
               “Mentang-mentang sekarang aku sudah tau mengenai rasa sukamu pada Rebecca jangan seenaknya memanfaatkan anak kecil polos sepertiku ini ya!”
               “Cihhh, polos apanya.” Protes Wesley.
               “Yasudah kalau gak mau dibantu!”
               “Ehh, iya iya. Maaf. Bukankah sesama saudara harus saling membantu? Kamu kan adikku yang paling baik sedunia.” Goda Wesley.
               “Memang adikmu Cuma satu! Siapa lagi, hah?! Rayuanmu gak bermutu!” Keaton membuka selimutnya dan duduk berhadapan dengan Wesley. “Kali ini apa?” Tanyanya tidak terlalu tertarik.
               “Surat yang keempat. Aku harus tulis apa ya supaya Rebecca menyadari kalau aku yang menyukainya.” Wesley memainkan jari-jari tangannya di atas selimut Keaton.
               “Aduh, caramu ini kuno banget sih! Lagian masih aja pakai surat! Kayak aku dong canggih sedikit, lewat SMS!” Keaton membanggakan dirinya.
               “Halah, kamu ini dasar anak kecil! Sama saja tau! Sama-sama gak secara langsung kan. Yasudah intinya kita sama.” Wesley mengacak-ngacak rambutnya adiknya tersebut.
               “Umm, iya juga sih. Yasudah tulis aja perasaanmu yang sebenarnya. Tulis juga kejadian-kejadian yang pernah kalian berdua alami. Supaya dia sadar kalau surat itu dari kamu.” Keaton menasihati Wesley dengan semangat. Dan dia tiba-tiba teringat dengan pesan yang baru saja dia kirim. Dia berdoa supaya Sarah tidak menyadari kata-katanya yang sudang sangat menjuru itu.
               “Ah, pintar juga kamu kadang-kadang! Terimakasih ya!” Wesley menepuk-nepuk pipi Keaton lalu sambil tersenyum lebar Wesley keluar dari kamar Keaton tak lupa mematikan lampu kamarnya terlebih dahulu.
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar