12.28.2012

THREE MEMORABLE MONTHS


Chapter 7

Sementara di kamar Sarah...
                Sarah sedang berbaring santai di tempat tidurnya sambil membaca novel. Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk. Sarah segera meraih ponselnya yang tergeletak di ujung tempat tidurnya. Setelah melihat siapa yang mengiriminya pesan, “Ah, Private ID ini lagi.” Sarah membuka pesannya...

From        : Private Number
Message : Sarah, kau begitu cantik. Dewi kecantikan pun pantas digeser posisinya olehmu. Aah,
              apalagi
      jika dari jarak dekat. Itu hanya beberapa sentimeter jaraknya. Matamu yang berkelip-kelip
      bagai bintang malam telah melumerkan hatiku sesaat. Apakah aku sedang bermimpi?   
      Aku    
      sangat suka padamu Sarah. Love you love you love you!! <3

Setelah membaca pesan tersebut seseorang muncul dalam benaknya.. ya, siapa lagi kalau bukan Keaton. Namun dalam hatinya Sarah berkata, “Ah, masa sih  dia yang mengirimiku sms seperti ini. Mustahil. Siapa sih Private ID ini sebenarnya? Aaah..” Sarah tidak mau memikirkannya lagi. Tapi dibalik selimut yang menutupi wajahnya terbayang wajah Keaton yang saat itu berada sangat dekat dengan wajahnya. Terbayang matanya yang biru berbinar. Harumnya yang khas dan sikapnya yang menyebalkan, menjengkelkan, kata-katanya yang kasar, perlahan lenyap sudah bayangan tentang Keaton yang manis itu berganti dengan Keaton yang menjengkelkan.
Saat itu Sarah teringat pada postingan blognya yang belum selesai karena tadi siang dia diganggu oleh Keaton. Maka Sarah memutuskan untuk menyalakan netbooknya dan melanjutkan postingan blognya tersebut. Sarah mulai mengetik. Semua kejadian-kejadian aneh yang menimpanya akhir-akhir ini. Pesan-pesan misterius yang didapatinya hampir setiap hari dari si ‘Private ID’ itu. Setelah selesai setelah dengan postingan blognya Sarah mematikan netbooknya dan memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukan pukul 10 malam.

Sementara di kamar Wesley...
                “Kejadian-kejadian yang pernah aku dan Rebecca alami bersama apa ya? Terlalu banyak sih.” Kata Wesley bertanya pada dirinya sendiri sambil memutar-mutar pulpen di tangannya sementara kepalanya terpangku oleh tangan kirinya. Selama sekitar setengan jam Wesley memikirkan kejadian apa yang paling bisa membuat Rebecca teringat padanya ketika membaca suratnya tersebut.
“Oh iya!” Wesley menegakkan kepalanya sambil agak melonjak lalu langsung menuliskan kata-kata di secarik kertas yang dari tadi sudah menunggunya untuk ditulisi.
Setelah selesai Wesley memasukan kertas tersebut ke amplopnya, menutupnya dengan rapih lalu tak lupa dia beri kecupan. “Semoga kamu nyadar ya Becky.” Lalu Wesley senyum-senyum sendiri.
“Hoaamm..” Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12. Wesley pun tidak tahan lagi dan langsung tertidur di tempat tidurnya berharap Rebecca mampir ke dalam mimpinya malam ini.

Keeseokan harinya...
                “Mom, kami berangkat dulu ya!” Kata Drew diikuti oleh Wesley dan Keaton. Mereka secara bergantian mengecup pipi Mrs. Stromberg.
                “Wesley? Matamu kenapa?” Tanya Mrs. Stromberg.
                “Hah? Kenapa?” Wesley memegang matanya dengan heran.
                “Hahahaha.. lucu sekali matamu! Kayak panda tau! Hahahahaha..” Keaton tertawa sangat geli melihat mata Wesley yang penuh dengan kantung hitam di bawahnya.
                “Ah ini...” Wesley menutup matanya karena malu.
                “Kenapa? Beri tahu mom..” Bujuk Mrs. Stromberg dengan lembut.
                “Gak apa-apa. Cuma kemarin aku tidur larut malam, mom. Hehe..” Kata Wsley sambil terus menyembunyikan matanya.
                “Ya Tuhan. Ngapain aja semalam sampai tidur malam-malam begitu?” Mrs. Stromberg merangkul pundak Wesley sambil mengelus-ngelus pipinya dengan lembut.
                “Itu.. aku.. menonton pertandingan bola. Seru sekali mom! Manchester United kemarin menang loh!” Jawab Wesley asal.
                “MU? Bukannya MU baru akan tanding besok malam ya? Setauku sih..” Sahut Drew yang dari tadi hanya diam saja.
                “Ah kamu gak update sih! Pertandingannya tuh tadi malam. Keren banget loh!” Kata Wesley penuh semangat menutupi kebohongan yang sedang dilakoninya.
                “Ehemm..” Keaton berdeham sambil melirik Wesley lalu tersenyum-senyum.
                “Ssssttt! Sudah ayo kita berangkat nanti terlambat!” Kata Wesley sambil cepat-cepat berjalan ke luar pagar rumah.
                Dari teras rumah Mrs. Stromberg hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah laku anak-anaknya. Tiba-tiba hatinya berubah menjadi resah karena mungkin nanti malam mereka harus memberi tahu sesuatu yang mungkin tidak bisa diterima oleh anak-anaknya ini.
               
                Waktu-waktu di sekolah dilewati kelima sahabat ini seperti biasa. Pertengkaran antara Sarah dan Keaton yang sudah seperti ada jadwalnya setiap hari. Sebabnya ya tentu saja sikap Keaton yang selalu jahil pada Sarah. Keaton yang selalu mengganggu Sarah tanpa sebab yang pasti. Rebecca dan Wesley yang sering saling memojokkan. Kalau tidak saling mengatai ya saling adu pendapat. Apalagi Rebecca yang selalu membawa kameranya ke sekolah. Rebecca selalu saja dengan jahil mengambil foto teman-temannya yang sedang terlihat kacau. Untuk kenang-kenangannya katanya. Dan Drew yang selalu anteng dengan iPod, headset, secarik kertas dan sebuah pulpen.

Sepulang sekolah mereka memutuskan untuk pergi ke toko ice cream karena saat itu cuaca sedang sangat mendukung untuk memakan ice cream yang dingin dan segar.

Sesampainya di toko ice cream...
 “Aku pesan ice cream coklat.” Kata Rebecca.
“Aku coklat juga.” Sambung Wesley sambil melirik Rebecca.
“Aku vanilla.” Sambung Sarah dengan semangat.
“Aku vanilla saja.” Sambung Drew dengan wajah tenang.
Keaton yang kedapatan terakhir memesan, ketika mendengar jawaban Drew yang memesan rasa yang sama dengan Sarah, dia langsung berkata pada pelayannya dengan nada ketus sambil melirik Drew tidak suka. “Aku juga vanilla. Huh!”
“Kamu kenapa melirikku seperti itu, Keat?” Drew terheran sambil menahan tawa melihat perilaku adiknya yang sangat kekanak-kanakan.
“Tidak apa-apa. Merasa terganggu aku tatap sepert itu? Hah?” Kata Keaton sambil memalingkan wajahnya ke atas.
“Hahaha. Kamu ini lucu sekali.” Drew mengacak-ngacak rambut Keaton. Keaton tidak menghiraukan Drew dan tetap memasang wajah tidak suka.
“Kitty... kamu kenapa sih? Aneh sekali.” Tanya Rebecca kemudian.
“Gak kenapa-napa.” Keaton langsung berjalan ke tempat duduk meninggalkan yang lainnya.

Setelah pesanan ice cream mereka sudah jadi, mereka semua langsung lanjut berjalan ke arah bukit tempat mereka biasa berkumpul bersama. Udara di bukit jauh lebih segar walaupun matahari masih terik. Setidaknya banyak angin bertiup yang membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Sesampainya di bukit...
“Huaaah, segarnya udara di sini. Emang gak salah deh kita milih tempat ini sebagai ‘markas’ kita.” Kata Wesley sambil menyenderkan badannya di bawah pohon yang sangat rindang.
“Ahhh iya segar sekali...” Rebecca pun ikut menyenderkan badannya di samping Wesley.
Sedangkan yang lain hanya duduk di atas rumput hijau yang berseri-seri terkena hembusan angin dan sinar matahari. Mereka menghabiskan ice cream sambil berbincang-bincang dak tak lupa diselingi tawa yang bahagia.
“Cekrekk!” Terdengar suara kamera.
“Ah Rebecca sudah dibilang jangan foto-foto aku lagi!” Protes Wesley sambil menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.
“Hahaha, lihat ini!” Rebecca menunjuk layar kameranya.”Wajahmu lucu sekali saat sedang menjilat ice creamnya! Lihat.. lihat.. sampai belepotan gitu. Hahahaha.” Rebecca tertawa-tawa kegelian melihat hasil foto yang diambilnya dari Wesley.
“Hapus!!!” Wesley bangkit dan mencoba merebut kamera dari tangan Rebecca.
“Eitts, gak bisa! Aku akan post di facebok, twitter dan blog! Hahaha..” Menghindari Wesley, Rebecca pun berlarian kesana-kemari. Akhirnya Wesley dan Rebecca pun kejar-kejaran.
“HAPUUUUSSSS!!!!!!” Teriak Wesley sambil berlarian mengejar Rebecca.
Saat sedang asik berlari-larian tiba-tiba... “Gubraaakkk!” Rebecca tersandung dan akhirnya terjatuh.
“Aww! Sakit sekali!” Kata Rebecca kesakitan sambil mengelus-ngelus lututnya.
“Wah, Rebecca, kakimu berdarah!” Teriak Wesley dari kejauhan. Wesley pun berlari menghampiri Rebecca diikuti Sarah, Keaton dan Drew.
Wesley dengan cekatan mengambil sapu tangan dari saku celananya dan membersihkan darah yang ada di lutut Rebecca.
“Kameraku...” Rebecca meratapi kameranya yang terjatuh juga.
“Aduh kamu ini malah mengkhawatirkan kameramu. Lihat tuh kakimu sampai berdarah gitu.” Kata Sarah sambil meniup-niupi luka di lutut Rebecca.
“Sudah sini. Kamu bisa berdiri kan?” Tanya Wesley sambil mengulurkan tangannya ke Rebecca.
“Bisa lah!” Jawab Rebecca seperti tidak kesakitan.
Wesley menarik tangan Rebecca dengan kuat dan menopang Rebecca selama berjalan.
“Sudah aku tidak apa-apa kok. Aku bisa jalan sendiri.” Kata Rebecca sambil berjalan dengan pincang walaupun sudah ditopang oleh Wesley sekalipun.
“Pincang begini bilang bisa jalan sendiri.” Wesley mendengus sambil terus menopang Rebecca sampai menuruni bukit.
                “Wesley, aku bisa jalan sendiri kok.” Rebecca berusaha melepaskan tangan Weley yang sejak tadi menopangnya untuk berjalan.
                “Serius gak apa-apa?” Tanya Wesley dengan canggung.
                “Iya.” Jawab Rebecca dengan sungguh-sungguh.
                Maka Wesley dengan pasrah melepaskan pegangan tangannya terhadap Rebecca.
                Dari kejauhan Mrs. Rossyclaire melihat Rebecca dan teman-temannya sedang berjalan mendekati rumahnya. Setelah mereka sampai..
                “Ya Tuhan, Rebecca, kakimu kenapa?” Mrs. Rossyclaire merangkul Rebecca lalu langsung melihat keadaan kaki Rebecca yang lumayan parah.
                “Aku terjatuh, mom. Saat sedang bermain di bukit.” Jawab Rebecca pasrah lalu menundukkan kepalanya.
                Wesley segera membuka mulut untuk meminta maaf, “Mmm.. ma..” Namun belum selesai berbicara, kalimatnya sudah dipotong oleh Mrs. Rossyclaire.
                “Terimakasih ya Wesley, Keaton, Drew, Sarah sudah mengantar Rebecca.” Mrs Rossyclaire tersenyum ke arah mereka berempat.
                Kekhawatiran Wesley tentang Mrs. Rossyclaire yang akan marah pun hilang sudah. Tapi tetap saja dia merasa bersalah. Karena kejar-kejaran dengannya, Rebecca sampai terjatuh dan terluka seperti ini.
                “Maafkan aku..” Wesley menundukkan kepalanya. Dia sangat merasa bersalah.
                “Loh, Wesley? Kenapa kamu yang minta maaf?” Mrs. Rossyclaire tersenyum melihat ekspresi wajah Wesley yang begitu muram.
                “Karena bermain kejar-kejaran denganku, Rebecca jadi seperti ini. Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyakiti Rebecca.” Wesley segera menatap wajah Mrs. Rossyclaire dan Rebecca secara bergantian dengan canggung.
                “Wesley sayang, ini bukan salahmu kok. Rebecca yang tidak hati-hati.” Mrs. Rossyclaire mengelus rambut Wesley dan tersenyum ke arahnya.
                “Terimakasih.” Ucap Wesley lega.
                “Lagian kamu kenapa sih berlebihan gitu, Wes? Dulu waktu masih SD kamu juga sering kali bikin aku jatuh.” Ucap Rebecca ketus.
                “Ya aku tau. Tapi....” Wesley diam sejenak.
                “Sudah-sudah. Kok malah jadi ribut begini? Sudah anak-anak kalian lebih baik pulang. Hari sudah semakin sore.” Mrs. Rossyclaire mengantar mereka berempat sampai di depan jalan lalu melambaikan tangan.

Pukul 07.00pm di Rumah Keluarga Stromberg...
                “Ayo coba sekali lagi, keat! Nyaris sempurna!” Kata Wesley penuh semangat melihat hasil latihan bernyanyi Keaton selama kurang lebih dua minggu ini.
                Setelah selesai mengulang-ngulang menyanyikan lagu yang akan mereka tampilkan untuk lomba, akhirnya Keaton menyerah dan meminta untuk istirahat sebentar.
                “Great job, dude!” Drew duduk di sebelah Keaton lalu sambil tersenyum sumringah dia menepuk-nepuk pundak Keaton yang sedang meminum segelas air mineral. Alhasil Keaton pun tersedak.
                “Uhuk,Uhuk! Ah kau ini! Senang sih senang! Gak liat apa orang lagi minum begini!” Protes Keaton sambil terus batuk.
                “Hahaha, maaf-maaf. Habisnya memang kemajuanmu pesat banget kitty.” Drew berjalan ke sudut kamar menaruh gitarnya.
                “Sudah nih latihannya?” Tanya Wesley.
                “Iya, sudah dulu. Aku juga capek. Mau tidur.” Jawab Drew sekenanya, lalu langsung berjalan keluar kamar Wesley yang saat itu jadi tempat latihan mereka.
                “Aku juga. Hoaaamm..” Keaton menguap lalu dengan bermalas-malasan berjalan keluar dari kamar Wesley.
                Tiba-tiba Mrs. Stromberg alias ibu mereka terlihat sedang menaiki tangga. Drew yang baru saja hendak memasuki kamarnya lantas berkata, “Ada apa, bu?” sambil tetap memegang engsel pintu kamarnya.
                Langkah Keaton pun ikut terhenti ketika melihat ibunya datang.
                Mrs. Stromberg dengan suara tidak yakin berkata, “Bisakah ibu berbicara dengan kalian bertiga sebentar?”
                Drew dan Keaton tanpa disuruh lagi segera berjalan ke kamar Wesley yang saat itu menjadi tempat terdekat yang bisa digunakan untuk berbicara.
                “Ada apa bu? Kayaknya serius banget.” Keaton dengan gaya santainya bertanya pada ibunya sambil melirik ke kedua kakaknya.
                “Umm, iya. Ini menyangkut keluarga kita.” Mrs. Stromberg mengepalkan kedua tangannya tanda gugup dan ragu untuk mengatakannya.
                “Apa bu?” Tanya Wesley penasaran.
                “K...kita... kita harus pindah ke Australia, nak.” Mrs. Stromberg menatap mata ketiga anaknya dengan canggung.
                “Australia?!” Keaton, Wesley dan Drew merespon secara bersamaan.
                Akhirnya Mrs. Stromberg menjelaskan apa penyebab mereka harus pindah. Tak lain karena pekerjaan ayahnya yang mewajibkan mereka semua untuk pindah.
                “Kapan bu?” Tanya Wesley dengan pasrah.
                “2 minggu lagi. Ibu sungguh minta maaf, waktu liburan musim panas kalian harus terganggu.” Mrs. Stromberg merangkul ketiga anaknya dengan penuh rasa bersalah. Karena dia tahu anak-anaknya sudah sangat nyaman tinggal di Amerika. Dia tau anak-anaknya sangat sedih dan keberatan jika harus pindah. Apalagi waktunya yang sungguh tidak tepat.
                Keaton, Wesley dan Drew hanya terdiam dengan wajah sedih.
                “Ibu mengerti kalian sangat keberatan dan sedih. Tapi mau bagaimana lagi? Kita pasti akan kembali ke Amerika lagi kok. Jangan khawatir.” Mrs. Stromberg tersenyum ke arah ketiga anaknya yang sejak tadi hanya menunduk dengan wajah sedih. Lantas dia memeluk ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang.
                “Kapan kita akan kembali ke Amerika lagi?” Tanya Wesley yang dari tadi terlihat paling sedih.
                “Ibu juga tidak tahu kapan persisnya.” Jawab Mrs. Stromberg sambil terus memeluk ketiga anaknya tersebut.
                Setelah mendengar kabar tidak menyenangkan dari ibunya, Keaton, Drew dan Wesley kembali ke kamar mereka masing-masing dan bersiap untuk tidur dengan perasaan tidak menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar