Chapter 7
Sementara di kamar Sarah...
Sarah sedang berbaring santai di
tempat tidurnya sambil membaca novel. Tiba-tiba ponselnya bergetar tanda ada
pesan masuk. Sarah segera meraih ponselnya yang tergeletak di ujung tempat
tidurnya. Setelah melihat siapa yang mengiriminya pesan, “Ah, Private ID ini
lagi.” Sarah membuka pesannya...
From : Private Number
Message : Sarah, kau begitu cantik.
Dewi kecantikan pun pantas digeser posisinya olehmu. Aah,
apalagi
apalagi
jika dari jarak dekat. Itu hanya beberapa
sentimeter jaraknya. Matamu yang berkelip-kelip
bagai bintang malam telah melumerkan
hatiku sesaat. Apakah aku sedang bermimpi?
Aku
Aku
sangat suka padamu Sarah. Love you love
you love you!! <3
Setelah membaca pesan tersebut seseorang muncul dalam benaknya.. ya,
siapa lagi kalau bukan Keaton. Namun dalam hatinya Sarah berkata, “Ah, masa sih dia yang mengirimiku sms seperti ini.
Mustahil. Siapa sih Private ID ini sebenarnya? Aaah..” Sarah tidak mau
memikirkannya lagi. Tapi dibalik selimut yang menutupi wajahnya terbayang wajah
Keaton yang saat itu berada sangat dekat dengan wajahnya. Terbayang matanya
yang biru berbinar. Harumnya yang khas dan sikapnya yang menyebalkan,
menjengkelkan, kata-katanya yang kasar, perlahan lenyap sudah bayangan tentang
Keaton yang manis itu berganti dengan Keaton yang menjengkelkan.
Saat itu Sarah teringat pada postingan blognya yang belum selesai
karena tadi siang dia diganggu oleh Keaton. Maka Sarah memutuskan untuk
menyalakan netbooknya dan melanjutkan postingan blognya tersebut. Sarah mulai
mengetik. Semua kejadian-kejadian aneh yang menimpanya akhir-akhir ini.
Pesan-pesan misterius yang didapatinya hampir setiap hari dari si ‘Private ID’
itu. Setelah selesai setelah dengan postingan blognya Sarah mematikan
netbooknya dan memutuskan untuk tidur karena jam sudah menunjukan pukul 10
malam.
Sementara di kamar Wesley...
“Kejadian-kejadian
yang pernah aku dan Rebecca alami bersama apa ya? Terlalu banyak sih.” Kata
Wesley bertanya pada dirinya sendiri sambil memutar-mutar pulpen di tangannya
sementara kepalanya terpangku oleh tangan kirinya. Selama sekitar setengan jam
Wesley memikirkan kejadian apa yang paling bisa membuat Rebecca teringat
padanya ketika membaca suratnya tersebut.
“Oh iya!” Wesley menegakkan kepalanya sambil agak melonjak lalu
langsung menuliskan kata-kata di secarik kertas yang dari tadi sudah
menunggunya untuk ditulisi.
Setelah selesai Wesley memasukan kertas tersebut ke amplopnya,
menutupnya dengan rapih lalu tak lupa dia beri kecupan. “Semoga kamu nyadar ya
Becky.” Lalu Wesley senyum-senyum sendiri.
“Hoaamm..” Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12. Wesley pun tidak
tahan lagi dan langsung tertidur di tempat tidurnya berharap Rebecca mampir ke
dalam mimpinya malam ini.
Keeseokan harinya...
“Mom, kami berangkat dulu ya!” Kata Drew diikuti oleh Wesley dan
Keaton. Mereka secara bergantian mengecup pipi Mrs. Stromberg.
“Wesley? Matamu kenapa?” Tanya
Mrs. Stromberg.
“Hah? Kenapa?” Wesley memegang
matanya dengan heran.
“Hahahaha.. lucu sekali matamu!
Kayak panda tau! Hahahahaha..” Keaton tertawa sangat geli melihat mata Wesley
yang penuh dengan kantung hitam di bawahnya.
“Ah ini...” Wesley menutup
matanya karena malu.
“Kenapa? Beri tahu mom..” Bujuk
Mrs. Stromberg dengan lembut.
“Gak apa-apa. Cuma kemarin aku
tidur larut malam, mom. Hehe..” Kata Wsley sambil terus menyembunyikan matanya.
“Ya Tuhan. Ngapain aja semalam
sampai tidur malam-malam begitu?” Mrs. Stromberg merangkul pundak Wesley sambil
mengelus-ngelus pipinya dengan lembut.
“Itu.. aku.. menonton
pertandingan bola. Seru sekali mom! Manchester United kemarin menang loh!”
Jawab Wesley asal.
“MU? Bukannya MU baru akan
tanding besok malam ya? Setauku sih..” Sahut Drew yang dari tadi hanya diam
saja.
“Ah kamu gak update sih!
Pertandingannya tuh tadi malam. Keren banget loh!” Kata Wesley penuh semangat
menutupi kebohongan yang sedang dilakoninya.
“Ehemm..” Keaton berdeham sambil
melirik Wesley lalu tersenyum-senyum.
“Ssssttt! Sudah ayo kita
berangkat nanti terlambat!” Kata Wesley sambil cepat-cepat berjalan ke luar
pagar rumah.
Dari teras rumah Mrs. Stromberg
hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum melihat tingkah laku
anak-anaknya. Tiba-tiba hatinya berubah menjadi resah karena mungkin nanti
malam mereka harus memberi tahu sesuatu yang mungkin tidak bisa diterima oleh
anak-anaknya ini.
Waktu-waktu di sekolah dilewati
kelima sahabat ini seperti biasa. Pertengkaran antara Sarah dan Keaton yang sudah
seperti ada jadwalnya setiap hari. Sebabnya ya tentu saja sikap Keaton yang
selalu jahil pada Sarah. Keaton yang selalu mengganggu Sarah tanpa sebab yang
pasti. Rebecca dan Wesley yang sering saling memojokkan. Kalau tidak saling
mengatai ya saling adu pendapat. Apalagi Rebecca yang selalu membawa kameranya
ke sekolah. Rebecca selalu saja dengan jahil mengambil foto teman-temannya yang
sedang terlihat kacau. Untuk kenang-kenangannya katanya. Dan Drew yang selalu
anteng dengan iPod, headset, secarik kertas dan sebuah pulpen.
Sepulang sekolah mereka memutuskan untuk pergi ke toko ice cream karena
saat itu cuaca sedang sangat mendukung untuk memakan ice cream yang dingin dan
segar.
Sesampainya di toko ice cream...
“Aku pesan ice cream coklat.”
Kata Rebecca.
“Aku coklat juga.” Sambung Wesley sambil melirik Rebecca.
“Aku vanilla.” Sambung Sarah dengan semangat.
“Aku vanilla saja.” Sambung Drew dengan wajah tenang.
Keaton yang kedapatan terakhir memesan, ketika mendengar jawaban Drew
yang memesan rasa yang sama dengan Sarah, dia langsung berkata pada pelayannya dengan
nada ketus sambil melirik Drew tidak suka. “Aku juga vanilla. Huh!”
“Kamu kenapa melirikku seperti itu, Keat?” Drew terheran sambil menahan
tawa melihat perilaku adiknya yang sangat kekanak-kanakan.
“Tidak apa-apa. Merasa terganggu aku tatap sepert itu? Hah?” Kata
Keaton sambil memalingkan wajahnya ke atas.
“Hahaha. Kamu ini lucu sekali.” Drew mengacak-ngacak rambut Keaton.
Keaton tidak menghiraukan Drew dan tetap memasang wajah tidak suka.
“Kitty... kamu kenapa sih? Aneh sekali.” Tanya Rebecca kemudian.
“Gak kenapa-napa.” Keaton langsung berjalan ke tempat duduk
meninggalkan yang lainnya.
Setelah pesanan ice cream mereka sudah jadi, mereka semua langsung
lanjut berjalan ke arah bukit tempat mereka biasa berkumpul bersama. Udara di
bukit jauh lebih segar walaupun matahari masih terik. Setidaknya banyak angin
bertiup yang membuat suasana menjadi lebih nyaman.
Sesampainya di bukit...
“Huaaah, segarnya udara di sini. Emang gak salah deh kita milih tempat
ini sebagai ‘markas’ kita.” Kata Wesley sambil menyenderkan badannya di bawah
pohon yang sangat rindang.
“Ahhh iya segar sekali...” Rebecca pun ikut menyenderkan badannya di
samping Wesley.
Sedangkan yang lain hanya duduk di atas rumput hijau yang berseri-seri
terkena hembusan angin dan sinar matahari. Mereka menghabiskan ice cream sambil
berbincang-bincang dak tak lupa diselingi tawa yang bahagia.
“Cekrekk!” Terdengar suara kamera.
“Ah Rebecca sudah dibilang jangan foto-foto aku lagi!” Protes Wesley
sambil menutupi wajahnya dengan tangan kirinya.
“Hahaha, lihat ini!” Rebecca menunjuk layar kameranya.”Wajahmu lucu
sekali saat sedang menjilat ice creamnya! Lihat.. lihat.. sampai belepotan
gitu. Hahahaha.” Rebecca tertawa-tawa kegelian melihat hasil foto yang
diambilnya dari Wesley.
“Hapus!!!” Wesley bangkit dan mencoba merebut kamera dari tangan
Rebecca.
“Eitts, gak bisa! Aku akan post di facebok, twitter dan blog! Hahaha..”
Menghindari Wesley, Rebecca pun berlarian kesana-kemari. Akhirnya Wesley dan
Rebecca pun kejar-kejaran.
“HAPUUUUSSSS!!!!!!” Teriak Wesley sambil berlarian mengejar Rebecca.
Saat sedang asik berlari-larian tiba-tiba... “Gubraaakkk!” Rebecca
tersandung dan akhirnya terjatuh.
“Aww! Sakit sekali!” Kata Rebecca kesakitan sambil mengelus-ngelus
lututnya.
“Wah, Rebecca, kakimu berdarah!” Teriak Wesley dari kejauhan. Wesley
pun berlari menghampiri Rebecca diikuti Sarah, Keaton dan Drew.
Wesley dengan cekatan mengambil sapu tangan dari saku celananya dan
membersihkan darah yang ada di lutut Rebecca.
“Kameraku...” Rebecca meratapi kameranya yang terjatuh juga.
“Aduh kamu ini malah mengkhawatirkan kameramu. Lihat tuh kakimu sampai
berdarah gitu.” Kata Sarah sambil meniup-niupi luka di lutut Rebecca.
“Sudah sini. Kamu bisa berdiri kan?” Tanya Wesley sambil mengulurkan
tangannya ke Rebecca.
“Bisa lah!” Jawab Rebecca seperti tidak kesakitan.
Wesley menarik tangan Rebecca dengan kuat dan menopang Rebecca selama
berjalan.
“Sudah aku tidak apa-apa kok. Aku bisa jalan sendiri.” Kata Rebecca
sambil berjalan dengan pincang walaupun sudah ditopang oleh Wesley sekalipun.
“Pincang begini bilang bisa jalan sendiri.” Wesley mendengus sambil
terus menopang Rebecca sampai menuruni bukit.
“Wesley, aku bisa jalan sendiri
kok.” Rebecca berusaha melepaskan tangan Weley yang sejak tadi menopangnya
untuk berjalan.
“Serius gak apa-apa?” Tanya
Wesley dengan canggung.
“Iya.” Jawab Rebecca dengan
sungguh-sungguh.
Maka Wesley dengan pasrah
melepaskan pegangan tangannya terhadap Rebecca.
Dari kejauhan Mrs. Rossyclaire
melihat Rebecca dan teman-temannya sedang berjalan mendekati rumahnya. Setelah
mereka sampai..
“Ya Tuhan, Rebecca, kakimu
kenapa?” Mrs. Rossyclaire merangkul Rebecca lalu langsung melihat keadaan kaki
Rebecca yang lumayan parah.
“Aku terjatuh, mom. Saat sedang
bermain di bukit.” Jawab Rebecca pasrah lalu menundukkan kepalanya.
Wesley segera membuka mulut
untuk meminta maaf, “Mmm.. ma..” Namun belum selesai berbicara, kalimatnya
sudah dipotong oleh Mrs. Rossyclaire.
“Terimakasih ya Wesley, Keaton,
Drew, Sarah sudah mengantar Rebecca.” Mrs Rossyclaire tersenyum ke arah mereka
berempat.
Kekhawatiran Wesley tentang Mrs.
Rossyclaire yang akan marah pun hilang sudah. Tapi tetap saja dia merasa
bersalah. Karena kejar-kejaran dengannya, Rebecca sampai terjatuh dan terluka
seperti ini.
“Maafkan aku..” Wesley
menundukkan kepalanya. Dia sangat merasa bersalah.
“Loh, Wesley? Kenapa kamu yang
minta maaf?” Mrs. Rossyclaire tersenyum melihat ekspresi wajah Wesley yang
begitu muram.
“Karena bermain kejar-kejaran denganku,
Rebecca jadi seperti ini. Sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bermaksud
menyakiti Rebecca.” Wesley segera menatap wajah Mrs. Rossyclaire dan Rebecca
secara bergantian dengan canggung.
“Wesley sayang, ini bukan
salahmu kok. Rebecca yang tidak hati-hati.” Mrs. Rossyclaire mengelus rambut
Wesley dan tersenyum ke arahnya.
“Terimakasih.” Ucap Wesley lega.
“Lagian kamu kenapa sih
berlebihan gitu, Wes? Dulu waktu masih SD kamu juga sering kali bikin aku
jatuh.” Ucap Rebecca ketus.
“Ya aku tau. Tapi....” Wesley
diam sejenak.
“Sudah-sudah. Kok malah jadi
ribut begini? Sudah anak-anak kalian lebih baik pulang. Hari sudah semakin
sore.” Mrs. Rossyclaire mengantar mereka berempat sampai di depan jalan lalu
melambaikan tangan.
Pukul 07.00pm di Rumah Keluarga Stromberg...
“Ayo coba sekali lagi, keat!
Nyaris sempurna!” Kata Wesley penuh semangat melihat hasil latihan bernyanyi
Keaton selama kurang lebih dua minggu ini.
Setelah selesai
mengulang-ngulang menyanyikan lagu yang akan mereka tampilkan untuk lomba,
akhirnya Keaton menyerah dan meminta untuk istirahat sebentar.
“Great job, dude!” Drew duduk di sebelah Keaton lalu sambil
tersenyum sumringah dia menepuk-nepuk pundak Keaton yang sedang meminum segelas
air mineral. Alhasil Keaton pun tersedak.
“Uhuk,Uhuk! Ah kau ini! Senang
sih senang! Gak liat apa orang lagi minum begini!” Protes Keaton sambil terus
batuk.
“Hahaha, maaf-maaf. Habisnya
memang kemajuanmu pesat banget kitty.” Drew berjalan ke sudut kamar menaruh
gitarnya.
“Sudah nih latihannya?” Tanya Wesley.
“Iya, sudah dulu. Aku juga
capek. Mau tidur.” Jawab Drew sekenanya, lalu langsung berjalan keluar kamar
Wesley yang saat itu jadi tempat latihan mereka.
“Aku juga. Hoaaamm..” Keaton
menguap lalu dengan bermalas-malasan berjalan keluar dari kamar Wesley.
Tiba-tiba Mrs. Stromberg alias
ibu mereka terlihat sedang menaiki tangga. Drew yang baru saja hendak memasuki
kamarnya lantas berkata, “Ada apa, bu?” sambil tetap memegang engsel pintu
kamarnya.
Langkah Keaton pun ikut terhenti
ketika melihat ibunya datang.
Mrs. Stromberg dengan suara
tidak yakin berkata, “Bisakah ibu berbicara dengan kalian bertiga sebentar?”
Drew dan Keaton tanpa disuruh
lagi segera berjalan ke kamar Wesley yang saat itu menjadi tempat terdekat yang
bisa digunakan untuk berbicara.
“Ada apa bu? Kayaknya serius
banget.” Keaton dengan gaya santainya bertanya pada ibunya sambil melirik ke
kedua kakaknya.
“Umm, iya. Ini menyangkut
keluarga kita.” Mrs. Stromberg mengepalkan kedua tangannya tanda gugup dan ragu
untuk mengatakannya.
“Apa bu?” Tanya Wesley
penasaran.
“K...kita... kita harus pindah
ke Australia, nak.” Mrs. Stromberg menatap mata ketiga anaknya dengan canggung.
“Australia?!” Keaton, Wesley dan
Drew merespon secara bersamaan.
Akhirnya Mrs. Stromberg
menjelaskan apa penyebab mereka harus pindah. Tak lain karena pekerjaan ayahnya
yang mewajibkan mereka semua untuk pindah.
“Kapan bu?” Tanya Wesley dengan
pasrah.
“2 minggu lagi. Ibu sungguh
minta maaf, waktu liburan musim panas kalian harus terganggu.” Mrs. Stromberg merangkul
ketiga anaknya dengan penuh rasa bersalah. Karena dia tahu anak-anaknya sudah
sangat nyaman tinggal di Amerika. Dia tau anak-anaknya sangat sedih dan
keberatan jika harus pindah. Apalagi waktunya yang sungguh tidak tepat.
Keaton, Wesley dan Drew hanya
terdiam dengan wajah sedih.
“Ibu mengerti kalian sangat
keberatan dan sedih. Tapi mau bagaimana lagi? Kita pasti akan kembali ke
Amerika lagi kok. Jangan khawatir.” Mrs. Stromberg tersenyum ke arah ketiga
anaknya yang sejak tadi hanya menunduk dengan wajah sedih. Lantas dia memeluk
ketiga anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Kapan kita akan kembali ke
Amerika lagi?” Tanya Wesley yang dari tadi terlihat paling sedih.
“Ibu juga tidak tahu kapan
persisnya.” Jawab Mrs. Stromberg sambil terus memeluk ketiga anaknya tersebut.
Setelah mendengar kabar tidak
menyenangkan dari ibunya, Keaton, Drew dan Wesley kembali ke kamar mereka
masing-masing dan bersiap untuk tidur dengan perasaan tidak menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar